Asyik juga mengikuti siaran MetroTV dalam meliput demo besar-besar di seluruh Indonesia berkenaan 100 Hari pemerintahan SBY. Di beberapa tempat terjadi demo damai, namun di daerah-daerah tak kurang terjadi juga bentrokan antara pihak pendemo dan kepolisian. Tampaknya instruksi terhadap pihak kepolisian tidak seragam di seluruh Indonesia. Kita lihat misalnya ada kaum buruh yang menerima surat dari kepoilisian agar jangan turut melakukan demo. Ada kepolisian yang menahan bus dan kendaraan besar agar jangan membawa kaum pendemo. Bus dan kendaraan ini dikumppulkan di satu tempat dan boleh diambil setelah jadwal demo selesai. Ada demo berjumlah kecil tapi dikawal polisi dengan jumlah yang lebih besar. Demo-demo ini diikuti oleh massa buruh, tani, pemuda, mahasiswa dan lapisan masyarakat lainnya. Tuntutan mereka pada pkoknya sama, agar SBY-Boediono turun dari tahtanya. Ada juga yang menuntut agar Boediono dan Sri Mulyani dicopot dsan mempertangguang jawabkan perbuatannya dalam mengalirkan uang sebesar 6.7 trilyun ke Bank Century. Dari semua tuntutan ini menunjukkan kegagalan pemerintah dalam mensejahtrakan rakyat Indonesia, gagalnya SBY menyingkap skandal Century, gagalnya pemerintah di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan bidang-bidang lainnya.
Dari berbagai bentuk penanganan yang dilakukan pihak kepolisian dalam menghadapi kaum pendemo menunjukkan ketidakseragaman instruksi dari pusat hingga ke daerah. Padahal di Banten SBY berpidato memaparkan keberhasilan program 100 harinya, sembari mengatakan kepada rakyat silakan berdemo untuk mengajukan kritik kepada pemerintah, kritik yang membangun dengan ketentuan jangan membikin onar, jangan melahirkan bentrokan, jangan bakar-membakar, berdemolah dengan tenang dan sopan, dsb.
Yang menarik bagi saya dalam mengikuti acara MetroTV adalah hadirnya seekor kerbau dalam demo tersebut. Ini merupakan sebuah catatan baru dalam sejarang bangsa Indonesia. Kerbau tersebut hadir di tengah para demonstran dengan tenang berjalan ke sana dan kemari. Hari itu ia mangkir dari pekerjaannya di sawah. Ia ikut ke kota menyaksikan kemeriahaan para pendemo. Saya tidak tahu, apakah kerbau itu mengetahui bahwa pemerintahan SBY mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugasnya, hingga ia rela turut berdemo. Mungkin juga kerbau itu tahu kemana mengalir uang sebanyak 6,7 trilyun yang dikucurkan oleh Boediono dan Sri Mulyani. Ketika polisi melarang kerbau ikut berdemo, pemilik kerbau ingin membawanya pulang. Celakanya sang kerbau tidak mau pulang dan ia berbalik memasuki rombongan para pendemo. Ia tidak tahu bahwa yang menyuruh ia pulang itu adalah polisi yang mempunyai kewenangan luar biasa di negeri ini. Dia tidak tahu membedakan bahwa yang menggunakan pakaian seragam dan menyangkutkan tanda pangkat di dada itu adalah polisi atau tentara... Dia juga tidak mengetahui bahwa yang memakai jas dan berdasi itu adalah para Menteri, Anggota Dewan yang terhormat, sekaligus juga maling-maling yang berkeliaran di negeri ini. Apakah kerbau ini mengerti bahwa demo itu juga termasuk memperjuangkan nasibnya?
Dia rela badannya dicat putih dengan tulisan “Si Bu Ya’’, yang kalau disingkat merupakan inisial SBY. Di pantatnya dibagian kiri dan kanan ditempelkan foto SBY yang diplester dengan ketat agar jangan terjatuh. Kalau dia tahu bahwa yang ditempelkan di pantanya itu adalah foto Paduka Yang Mulia Presiden Repblik Inbdonesia tentu dia akan berontak, sebab kalau tidak berontak tentu ia akan masuk penjara. Apalagi ia mengetahui bahwa penjara sekarang ini baru saja dirazia. Dia tidak akan menemukan penjara seperti yang dimiliki Ayin: ada kamar hias, ada ruang karaoke, ada ruang tamu, bergantungan foto anak dan keluarga, serta kemewahan lainnya. Yang menarik lagi, selama dalam demo kerbau terhormat itu menunjukkan kesopanan. Ia tidak berak dan kencing di tengah khalayak ramai. Dia benar-benar tahu diri bahwa ia merupakan hewan ternak yang bekerja hanya untuk kebahagiaan manusia, termasuk untuk presiden dan para menterinya yang gagal mensejahterakan manusia dan hewan.
Setelah dibujuk dengan berbagai cara, akhirnya kebau itu dapat memahami tuannya. Perlahan-lahan kerbau itu pulang menuju kandangnya dengan mebawa berbagai kenangan, tentang berbagi ulah yang dilakukan menasia. Ia melangkah dengan tenang dan mengetahui dengan pasti bahwa peradaban “bangsa” kebau jauh lebih baik daripada manusia. Ia melirik ke kiri dan ke kanan sambil tersenyum, melangkah dengan bangga bahwa ia telah berhasil turut berdemo mematahkan rekor demo di Indonesia. Ia adalah kerbau pertama yang turut berdemo dan mengalami sukses luar biasa. Setelah tiba di kandang, ia tidak segera mau dibersihkan badannya yang bertuliskan “Si Bu Ya”. Ia merasa bangga bahwa ia telah berhasil membahagiakan manusia, melebihi kemampuan seorang presiden.
wakh kerbaunya gede buanget.....kalo di potong bisa buat makan ntuh,,,hehehehehe
BalasHapuskebone dadi terkenal, kondhang kaloka... hahaha
BalasHapushohoho..
BalasHapussibuya juga udah nyampe dipemberitaan luar negeri seperti eropa.. di jual harganya pasti tinggi ni.. xixixi.. :D
koq ga bawa kebo kyai slamet wae yooo
BalasHapushahahaha kalau di googling hasilnya keren tuh, bahkan sempat masuk di Daily News
BalasHapus