Jumat, 30 Oktober 2009

Lanjutan Pengemis itu PEMALAS.....?????

Dari tulisan terdahulu sebenarnya saya hanya ingin mempertanyakan apakah tepat kata malas dilabelkan pada para pengemis? karena jika kita lihat kamus bahasa indonesia malas diartikan dengan tidak mau bekerja atau melakukan sesuatu, jika kita lihat kenyataan pengemis itu bekerja dan melakukan sesuatu, lalu dimana malasnya? Coba kita pikirkan lagi.

Pengemis
Jika kita lihat dari sudut bahasa yang dimaksud dengan mengemis adalah meminta minta. Secara umum dapat kita pahami setiap peminta-minta adalah pengemis. Tapi tentu saja jika kita pahami seperti ini banyak orang akan menolaknya mentah-mentah. Tetapi jika kita khususnya pengertiannya pengemis adalah orang yang meminta-minta, biasanya dengan menampilkan sosok khusus yang telah menjadi brand image/trade mark mereka dengan tujuan mengambil hati, menggugah orang agar memberikan sesuatu/uang kepada mereka. Mengemis dalam agama yang saya pahami bukanlah perbuatan yang mulia, tidak juga hina, kecuali mereka-mereka yang memang sengaja menjadikannya sebagai profesi untuk meraup kekayaan, jelas ini perbuatan yang sangat hina.

Macam-macam Pengemis
Mengapa mengemis? Mengemis bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti kemiskinan, cacat fisik atau mental (rendahnya harga diri). Dan yang menjadi faktor dominan adalah mental yang berhubungan dengan harga diri. Sebab banyak orang yang miskin lagi cacat fisiknya tetapi karena mentalnya kuat/memiliki harga diri, mereka tak mau menjadi pengemis. Kini sebagaimana telah kita ketahui bersama mengemis sudah dijadikan profesi, pekerjaan untuk menghidupi bahkan memperkaya diri. Selain itu faktor pemicu lainnya adalah tingginya rasa berbagi dan belas kasih sebagian besar masyarakat Indonesia, karena didorong faktor keyakinan/agama, ini merupakan lahan subur bagi tumbuh kembang dan beranak-pinaknya para pengemis.

Dari pernyataan tersebut kita dapat kita mengklasifikasikan sebagai berikut, pertama: pengemis permanen penyebabnya adalah faktor mental, mengemis dijadikannya sebagai mata pencaharian, pengemis musiman terjadi karena faktor musibah/bencana alam ini disebabkan tidak adanya ketrampilan lain yang memadai dan ini terjadi di negeri ini saat kemarau panjang tiba melanda beberapa daerah pertanian, kedua; pengemis yang memang saat itu dia membutuhkan bantuan (terpaksa).

Apa Yang Telah Kita lakukan?
Tulisan ini tak bermakna dan berakibat apa-apa jika kita hanya mendiskusikannya, langkah minimal yang harus kita lakukan adalah tidak sekedar memberi untuk memutus jaringan atau berilah secara selectif mereka-mereka yang benar-benar membutuhkan, memang sulit untuk memilah dan menahan iba terhadap penderitaan yang mereka tampakan, tapi mau tidak mau hal ini kita harus lakukan untuk memberi pendidikan kepada mereka. Tak bermaksud melarang untuk berbagi karena berbagi merupakan bagian integral dari ajaran yang saya yakini dan itu adalah hak bagi setiap mereka yang mampu berdasarkan ajaran agama yang saya pahami.

Peran Pemerintah dan Ulama
Pemerintah dan para anggota yang terhormat sesuai dengan amanah pancasila dan UUD ’45 wajib memberikan pendidikan dan perlindungan kepada kaum lemah, miskin (dhuafa’) dan kita wajib memberikan dorongan agar mereka mau konsisten menjalankan pancasila dan UUD ’45. Peran kaum agamawan/ulama (kyai, ustadz/zah) jangan hanya menyapaikan ceramah/dakwah dan bertarif mahal, sehingga tak menjangkau level dhuafa, atau dzikr diadakan secara akbar dengan biaya yang tidak sedikit tentunya, sedang kemiskinan, kebodohan dan pembodohan umat yang semakin jelas dihadapan mata, lihatlah demo/ekspoitasi kemiskinan pada saat pembagian zakat yang menimbulkan banyak korban, sungguh menyedihkan, ironis dan memprihatinkan.

Saya yakin masih ada (walau hanya sedikit) teman/sahabat atau para kyiai, ustadz/zah yang sadar dan tahu akar dari permasalahan ini sehingga berperan aktif ditengah masyarakat miskin/dhu’afa, berusaha sedikit untuk mengentaskan kebodohan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan, meningkatkan semangat dan harga diri serta kemuliaan sebagai hamba Allah, inilah pangkal utamanya. Semoga bermanfaat,


Selasa, 27 Oktober 2009

Extra Calculus Lesson With Extra Online Tutoring

Mathematics is a lesson [study] for always being there when studying at any educational institute. Starting from primary schools to universities, of course we will find math lessons. Most people don’t like studying mathematics. Because they think mathematics is a difficult lesson and boring. However, you really will never find it difficult if you understand math and basic.

In fact, sometimes we do not have time to math homework help. But don’t worry. Now there is a site that can help children difficulties, such as online homework help, free homework help, free online homework help, free math homework help. In fact, they can also algebra homework help.

Believe me, they are math homework helper who have experienced in their field. They have a professional lecturer in mathematics. They will make math easy and fun, so that you will get an exciting achievement. What are you waiting for? Only tutorvista who understand your math problem.

Senin, 26 Oktober 2009

Pengemis itu PEMALAS, Benarkah?????

Apa yang hadir dibenak kita ketika seseorang menyebutkan kata pengemis? Berikut jawaban teratas yang akan muncul; pemalas, mencari yang mudah, tak berani melawan tantangan hidup dan tidak kreativ, benarkah demikian? Setelah melihat dan memperhatikan, memahami dan mencoba merasakan, ternyata semua itu tidak selalu benar, dan yang benar menurut saya adalah, ikuti pemaparannya berikut ini.

Pengemis = Pemalas?
Apasih malas itu? Malas adalah tidak mau bekerja atau melakukan sesuatu. Apakah pengemis itu malas? Lihat di jalan-jalan raya pinggir kota Surabaya semisal Sidoarjo, Gresik, Mojokerto atau Bangkalan, banyak pengemis mulai ”menjajakan” dirinya dipagi hari berbarengan dengan karyawan swasta, hal ini tentu saja mengalahkan sebagian pegawai negeri ini. Mereka rela duduk dari pagi sampai siang, atau berjalan mengelilingi sudut-sudut kota, perumahan, pasar dengan jarak yang tentunya tidak dekat untuk mencari orang yang mau membeli rasa ibanya, sebagian mereka rela melawan panasnya terik mentari, jika kita menyaksikan ini, malaskah mereka? Mereka tidak berdiam diri, mereka melakukan suatu kegiatan. Malaskah mereka?

Pengemis = Mencari yang mudah
Sungguh bekerja menjadi pengemis bukanlah hal yang mudah, penuh tantangan dan daya kreatifitas tingkat tinggi. Saya yakin saya tidak akan mampu melakukannya, atau ada diantara para pembaca yang mau mencoba? Ha...ha...ha...siapa berani?

Pengemis = Tak berani melawan tantangan hidup?
Benarkah? Pengemis itu orang yang sangat berani melawan tantangan hidup, benarkah? Pertama ia membuang jauh-jauh rasa malunya. Mengiba bukanlah perbuatan yang mudah perlu kesungguhan dan tentu saja hal ini merupakan tantangan tersendiri. Resiko mengemis adalah cacian, cibiran, hinaan, makian resikonya ya diusir, bukankah itu tantangan? Resiko selanjutnya adalah Polisi Pamong Praja, yang pada moment-moment tertentu akan siap menangkap mereka, bukankah itu tantangan? Siapa diantara kita mau dan bisa ”berperan” seperti mereka, berani menerima tantangan?

Pengemis = Tidak kreatif
Setelah mencoba melihat dunia mereka, aku hanya bisa tersenyum. Pengemis itu sungguh luar biasa kreatifnya. Baju dibuat lusuh dan compang-camping, mampu memainkan peran mengiba untuk menarik perhatian dan mempengaruhi rasa kasihan orang disekitarnya, agar mau memberi dan berbagi. Mereka memoles diri dengan berbagai aksesoris yang membuat kesan kesakitan dan penderitaan, tidakkah itu kreatif?

Jika mereka mampu berperan melakukan hal seperti ini untuk mengais iba para konsumennya sehingga para konsumennya mau membeli ”kreatifitas” yang mereka tampilkan, malaskah mereka? Jadi ketika diri ini melabel para pengemis itu malas, tentu ini perlu kita petimbangkan lagi. Bandingkan, maaf dengan diri kita sebagian pegawai negeri, swasta atau ”orang-orang yang terhormat” di negeri ini.

Bersambung....

gambar diambil disini

Senin, 19 Oktober 2009

Saya Manusia, Bukan Hewan

Secara biologis, Manusia diklasifikasikan sebagai Homo Sapiens, sebuah primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam maysarakat majemuk serta perkembangan teknologinya.

Berbeda sekali dengan hewan. Dalam pengertiannya, hewan adalah kelompok organisme yang diklasifikasikan dalam kerajaan Animalia atau Metazoa, adalah salah satu dari berbagai makhluk hidup yang terdapat di alam semesta. Secara garis besar, hewan diklasifikasikan dalam dua kelompok: Hewan bertulang belakang dan tanpa tulang belakang.

Setelah melihat sekilas dari pengertian manusia dan hewan di atas, maka kita akan membenarkan, bahwa manusia sejatinya bukan hewan. Dan tentu, sebagai muslim saya menolak teori Raden Kang Mas Darwin, yang cukup membuat heboh dunia dengan teori evolusinya. Darwin mengatakan: Manusia mencapai bentuk sekarang ini setelah proses evolusi yang panjang. Penekanannya adalah manusia berawal dari hewan yang mengalami evolusi yang panjang. Ada yang mengatakan manusia berasal dari kera. Ada pula yang mengatakan dari reptil.

Namun, manusia secara tidak sadar telah mengikuti dan merubah dirinya sendiri dengan melakukan perilaku hewani. Dengan mengikuti hawanafsunya, memanjakannya dan semakin menjadikan dirinya hina hingga iajatuh dalam kehinaan.

Ia tidak menyadari, bahwa manusia memiliki substansi penting dimana akal, hati dan kesadaran tidak boleh ia tinggalkan dan beralih pada perilaku hewani, bahkan tidak jarang dari mereka lebih hina dari pada hewan itu sendiri.

Jika menyerupai saja ALLAH melaknat, lantas bagaimana manusia yang sampai saat ini masih berperilaku bak hewan. Tentu pembaca dapat mendeskripsikan bagaimana dan seperti apa orang yang berperilaku hewani. Percaya atau tidak, maraknya foto-foto fulgar dan video mesum begitu menggila beredar di internet. Bahkan begitu mudah untuk mendapatkannya, bak membalik telapak tangan. Entah sudah berapa juta tertumpuk, dan berapa milyar mereka yang menjamah. Tak khayal, penyakit HIV marak disaat-saat ini. Dan banyak korban pelecehan seksusal dari anak-anak hingga dewasa yang akhirnya mereka meneruskan perjalanan hidupnya sebagai...........

Mereka yang sudah terlanjur terjun dalam hal yang ALLAH benci, terkadang sukar untuk kembali layaknya sebagai manusia. Hanya harap suatu saat ia akan kembali. Kapan??? Nampaknya masih membelenggu kenyataan. Rasa nikmat yang semu, serta rupiah menarik mereka kembali berperilaku hewani.

Entah masih mereka sadari atau tidak, bahwa kita memiliki akhir dan akan kembali.

Semoga keadaan yang seperti ini memberikan ibroh bagi kita semua, yang masih berjalan rotasi iman kepada Allah. Serta bagi mereka yang bergeser dari rotasi iman, semoga hidayah segera menghampiri. Dan semoga Allah menetapkan Iman, Islam serta Ihsan hingga akhir hayat kita smua. Karna sejatinya itu semua, bagaikan mawar berduri. Jika kita menginginkan Iman, Islam serta Ihsan tetap ada, kita harus memegang erat-erat meski terasa sakit tertusuk duri. Karna jika kita tak sekuat tenaga memegangnya, maka ia akan tumbang bersama tiupan angin dan pergi entah kemana.

Kamis, 15 Oktober 2009

Fatwa MUI Pornografi

Miyabi boleh jadi akan gagal masuk ke Indonesia. Tapi banyak pihak yang sudah diuntungkan dengan kontroversi rencana kedatangan artis film porno Jepang itu. Seperti diberitakan di berbagai media, penjualan VCD dan DVD Miyabi meningkat akibat kontoversi itu.

Dengan kata lain, kontroversi yang sampai melibatkan ketua MUI itu justru membuat banyak orang yang tak mengenal Miyabi jadi mengenal, dan menaruh minat padanya. Sadarkah ketua MUI akan hal ini? Sadarkah dia bahwa tanpa sengaja dia sudah menjadi bintang iklan bagi nama Miyabi?

Indonesia adalah negeri yang unik.

Secara resmi kita punya undang-undang pornografi. Tapi secara vulgar kita melihat produk-produk pornografi justru dijual secara bebas. Tak ada kontrol siapa yang boleh membeli dan siapa yang tak boleh.

Di Jepang, misalnya, majalah yang memuat gambar telanjang dijual bebas di convenient store. Tempat-tempat penyewaan video juga menyediakan film-film porno. Tapi semua itu ada rambu-rambunya. Toko tidak boleh menyewakan atau menjual produk porno kepada orang berusia di bawah 20 tahun. Film-film porno dibatasi, tidak boleh memperlihatkan kemaluan. Film-film yang memuat gambar itu dikenai sensor dengan mengaburkan bagian itu.

Di Indonesia semua itu bebas. Film porno jenis apa saja bisa beredar dan diperoleh oleh siapa saja. Itu berlangsung secara terang-terangan.

Maka, MUI, dan siapapun yang peduli seharusnya tidak meributkan Miyabi. Yang harus diributkan adalah ketimpangan- ketimpangan itu. Harus diributkan secara terus menerus.

MUI harus meributkan lembaga-lembaga penegak hukum yang korup, yang menjadi salah satu penyebab ketimpangan itu. MUI seharusnya juga mendidik dan membina umatnya yang menjadi aparat penegak hukum. Agar mereka menjadi manusia yang saleh.

Yang harus diributkan oleh MUI adalah umatnya, bukan Miyabi. Agar MUI tak sekedar jadi bintang iklan yang membuat Miyabi laris.

Collecting Gold As Investment

Smart invesment for you able to require is beneficial invesment on continously basic and have long duration. For that its moment of you peep at buy gold invesment. Various world cleft, gold coin not merely simply eye goods asset. Gold coins have more asset value for an collector of gold coins. Very positive value and stability of gold price make thousands of people in the world change over at invesment this type of. A lot of company which managing the effort this gold coins. But before you specify your choice by buy gold coins, you better know more information about pure gold at its expert.

GoldCoinsGain.com is the preferred source for the purchase gold coins and purchase gold bullion. By opening Goldcoinsgains.com you can buy gold coins and also buy gold bullion. The gold coins from his website have been admitted by the Central Bank as valid transaction tool. If you buy gold coin and buy bullion from this website, you will get certificate of originality and if in you want to sell it in the future, there will be many banks that accept it.

Why waiting? Find your style and collections..!



Rabu, 14 Oktober 2009

Gender Laki-Laki dan Perempuan

Bermain berbaur laki-perempuan, pada usia tertentu justru menjadi kebutuhan bagi setiap anak. "Bimo... jangan main boneka. Itu mainan anak perempuan. Nanti kau jadi perempuan, lho..." begitu ibu Bimo mengingatkan balitanya.

Ditengarai oleh para pakar, perbedaan peran antara dua jenis kelamin, laki-laki dengan perempuan, mulai dibentuk semenjak dini, oleh dua faktor penentu. Pertama adalah dari diri mereka sendiri, yaitu perbedaan kadar hormonal yang ada di antara kedua jenis kelamin. Kedua adalah faktor lingkungan, baik orang tua, teman maupun orang-orang di sekitarnya.

Perbedaan kadar hormonal menyebabkan adanya karakter sifat yang khas antara laki-laki dan perempuan. Karakter ini sudah akan nampak dengan sendirinya dan merupakan bawaan semenjak lahir. Misalkan, keinginan menonjol, mandiri, melindungi dan agresif adalah karakter maskulin. Sementara emosi, kelembutan, kepasifan dan rasa iba adalah beberapa dari ciri karakter feminin.

Selanjutnya menetap atau tidakkah karakter khas ini, masih akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Artinya, pengaruh faktor lingkungan dapat menyebabkan penetapan sifat-sifat khas itu, namun sebaliknya dapat pula menyebabkan sifat-sifat tersebut menjadi hilang.

Dari sekian banyak pengaruh lingkungan yang ada, maka orang terdekat di masa kecil akan mengambil peran pengaruh yang terbesar. Umumnya dan sudah seharusnya pula, peran ini dipegang oleh ibu dan ayah. Orang-orang inilah yang selanjutnya lebih menentukan pembentukan peran seksual anak hingga dewasa kelak.

Ibu Bimo pun telah melakukan hal ini, dengan mengarahkan anak laki-lakinya untuk hanya memilih permainan-permainan yang sesuai dengan kelaki-lakiannya. Sang ibu khawatir jiwa kelaki-lakian Bimo bisa luntur jika suka bermain bersama atau seperti anak perempuan.

Seorang wanita yang tumbuh menjadi remaja tomboy dan kelaki- lakian, bisa jadi dikarenakan ibunya membiasakan si anak selalu mengenakan celana panjang di masa kecilnya dan membiarkan si anak menghabiskan waktunya bermain bersama teman-teman laki-laki. Atau sebaliknya ada laki-laki yang memiliki karakter sifat keibuan bukan karena hormon yang ia miliki, tetapi semata karena terbiasanya ia bermain bersama teman perempuan semasa kecilnya.

Jelaslah, pengaruh peran orang tua cukup banyak menentukan pembentukan sifat anak untuk seterusnya. Maka orang tua perlu hati-hati dalam memberikan pendidikan seksual semenjak kecil. Dalam uraian kali ini kita akan membahas mengenai batasan-batasan pola didikan perbedaan laki-laki dan perempuan di masa kanak-kanak. Batasan ini tidak harus terlalu kaku, tetapi juga jangan terlalu longgar. Di manakah posisi yang paling tepat?

Sebenarnyalah, pada dasarnya setiap manusia memiliki kecenderungan karakter biseksual. Bila karakter sifat manusia dibedakan antara maskulin dan feminin, maka pada diri setiap manusia tak ada yang maskulin 100 % maupun feminin 100 %.

Kadar karakter ini berbeda-beda dimiliki oleh setiap orang. Mereka yang lebih menonjol maskulinitasnya maka akan lebih menampakkan sifat-sifat kelaki-lakian. Sementara yang bersifat feminin berarti feminitasnya lebih menonjol, tetapi bukannya berarti tak memiliki maskulinitas sama sekali.

Tentu saja teramat sulit untuk mengetahui berapa kadar yang pasti karakter sifat yang ada pada diri seseorang. Selain karena begitu beragamnya corak sifat yang akan dinilai, juga standar klasifikasi antara maskulin dan feminin itu sendiri belum memiliki patokan yang bisa dijadikan pedoman.

Hanya saja kita memiliki konsep secara umum mengenai perimbangan terbaik yang semestinya dibentukkan kepada anak- anak. Konsep ini menyebutkan, bahwa kepribadian terbaik akan dihasilkan dari mereka yang kadar maskulinitas dan feminitasnya cukup berimbang. Istilah berimbang di sini bukan berarti fifty-fifty. Tetapi berimbang sesuai kondisi. Bagi laki-laki karakter maskulin diutamakan tetapi tetap memiliki karakter feminin. Begitu pula sebaliknya bagi perempuan, lebih ditonjolkan karakter femininnya tanpa kehilangan karakter maskulin dalam kadar cukup.

Kelak, dalam kehidupan ini yang diperlukan adalah kepribadian yang lengkap. Seorang laki-laki yang menjadi pemimpin selain memiliki sikap keras dan berani, tetap memerlukan sedikit kesabaran dan belas kasihan. Begitu pula kaum wanita yang berada di dunianya yang penuh kelembutan dan kasih sayang pun memerlukan keseimbangan rasio dan akal pikiran agar dirinya bisa berkembang.

Pribadi yang lengkap.

Seperti apakah kepribadian yang lengkap itu? Gambaran pribadi seorang ayah bernama Fahry dalam kisah berikut akan cukup memberikan gambaran. Laki-laki muda ini adalah sosok ayah yang bisa mengerti kondisi istrinya. Bisa membimbing dan mengarahkannya dengan baik dan tepat.

Di tengah tumpukan tugas kantor yang tak pernah berhenti, Fahry selalu menyempatkan diri menengok urusan rumah tangga yang dikerjakan Rini, istrinya. Hampir setiap hari, ia sempatkan mengerjakan sedikit dari tugas istrinya itu. Mungkin suatu pagi ia turut memandikan kedua anak mereka. Di pagi yang lain ia mendadar sendiri telur untuk sarapannya. Mengisi termos, membuat sendiri minuman hangat, bahkan sesekali menggoreng kerupuk di sore hari, ia lakukan dengan senang hati. Dalam kondisi terjepit, misalkan ketika istrinya sangat sibuk atau lelah karena anak sakit, atau bayi mereka rewel, Fahry pun lebih ringan tangan untuk turut menjemurkan cucian, bahkan mencucikan popok sang bayi.

Tentu saja tidak setiap hari ia memiliki kesempatan untuk melakukan itu. Jika dalam suatu hari tidak ia peroleh kesempatan itu, cukuplah ia sekadar menengok istrinya yang sedang sibuk di dapur, menanyakan menu masakan pagi itu, atau sekadar membantu membawakan piring ke meja makan.

Ayah seperti Fahry mau dan bisa mengerti dunia istrinya. Bisa memberikan perhatian dan motivasi bagi sang istri. Apabila dimintai pendapat pun bisa memberikan pertimbangan sekadarnya. Istri yang memiliki suami seperti ini jelas akan lebih berbahagia dari pada mereka yang memiliki suami yang terlalu cuek pada dunia istri.

Sebaliknya, istri yang seimbang pun berarti istri yang memiliki kadar maskulinitas dalam porsi cukup pula. Istri seperti ini akan bisa mengerti dunia laki-laki, dunia suaminya. Ia bisa mengerti pola pikir laki-laki dan memiliki gairah pula untuk membicarakan banyak hal yang disukai laki-laki. Ia memiliki semangat kerja tinggi, wawasan pikirnya luas, kreatif dan menyukai tantangan. Pribadi seperti ini mempunyai kans besar untuk bisa maju dalam bidangnya.

Tipe orang-orang yang seimbang seperti ini akan lebih mudah mengelola dengan baik kehidupan rumah tangganya, karena ada gairah untuk mengerti dan memahami dunia lawan jenisnya.

Pembentukan pribadi-pribadi yang seimbang ini, sangat besar ditentukan oleh pola asuh yang diberikan kepadanya di masa kecil. Orang tua harus mampu memberikan kesempatan pengembangan sifat maskulin dan feminin secara seimbang kepda anak-anak. Seperti apakah keseimbangan itu?

Pertama, beri kesempatan anak-anak untuk berbaur bermain bersama tanpa membedakan jenis kelamin di usia mereka yang masih di bawah sepuluh tahun. Ini penting, agar anak-anak itu bisa mengerti secara langsung seperti apakah karakter dan sifat lawan jenisnya.

Anak tidak akan bisa mengerti hanya dengan mendengarkan cerita bahwa laki-laki itu fisiknya lebih kuat, atau bahwa perempuan itu perasaannya lebih peka. Anak baru akan mengerti jika bukti nyata mereka rasakan langsung. Dan ini hanya akan mereka peroleh jika mereka diberi kesempatan bergaul secara berbaur.

Anjuran untuk bermain dengan teman sesama jenis kelamin bisa tetap kita berikan, tetapi tidak perlu dibatasi pergaulannya terlalu ketat. Kebiasaan-kebiasaan masing-masing jenis kelamin bisa diajarkan tetapi tetap dengan memberi kesempatan mereka untuk merasakan kebiasaan lawan jenisnya.

Cara berpakaian, misalnya. Membiasakan anak perempuan memakai rok kita lakukan, tetapi juga kita beri kesempatan mereka bercelana dan berkaus seperti anak laki-laki sewaktu-waktu. Karena dengan bercelana, lebih memungkinkan anak untuk melakukan berbagai kegiatan maskulinitas, seperti berlarian, memanjat maupun bersepeda. Anak perempuan pun perlu dirangsang melakukan kegiatan-kegiatan ini, walau porsinya tidak sebanyak laki-laki.

Begitu pula anak laki-laki pun baik pula dibelikan boneka, untuk menumbuhkan femininitas mereka. Tentu tidak dengan menggendong-gendongnya seperti anak perempuan, tetapi mungkin dengan meletakkan boneka tersebut di atas mobil-mobilan mereka layaknya penumpang. Atau dijajar di kursi pura-pura dijadikan murid. Sesekali bolehlah mereka bermain pasar-pasaran, asal tidak terus-menerus.

Pola permainan yang dilakukan anak secara perlahan akan memberi bentuk kepada kepribadian mereka. Begitu pula kesempatan untuk bergaul secara berbaur akan lebih memungkinkan anak tumbuh menjadi pribadi seimbang. Dengan kesempatan ini anak laki-laki akan mengerti ketika kerasnya pukulan tangan mereka membuat teman putrinya menangis. Selanjutnya menumbuhkan pengertian, pemahaman dan simpati dalam dirinya terhadap sifat keperempuanan yang tidak ia miliki ini.

Ketika usia anak menginjak sepuluh tahun, cukuplah saatnya mereka dipisahkan pergaulannya. Walaupun syariat hijab belum wajib bagi mereka, memang usia ini sudah saatnya kita mengenalkan dan membiasakan mereka melaksanakannya. Semata agar ketika tiba saat diwajibkannya syariah tersebut atas mereka sudah ada kesiapan sebelumnya.

Namun jangan dulu ditutup kemungkinan anak-anak ini untuk tetap merasakan kegiatan-kegiatan khas lawan jenisnya. Sebelum anak-anak putri ini baligh, mereka masih selayaknya diberi kesempatan untuk memanjat-manjat, balap sepeda dan berbagai macam aktivitas kelaki-lakian lainnya. Asalkan tidak sampai menjadi kesenangan dan kebiasaan saja. Dan juga tidak berlebih-lebihan, disesuaikan dengan kondisi fisik mereka. Yang laki-laki pun perlu diajak membuat kue sekali-kali di dapur, atau diberi tugas menjaga adik sesekali, atau mencoba menjahit bajunya sendiri! Kesempatan inipun masih bisa diberikan hingga tibalah saat akil baligh mereka.

Setelah tiba masa baligh, setiap orang terikat pada syariah untuk menjaga batas pergaulan antara laki-laki dan wanita. Namun masa-masa ini pun masih mungkin dimanfaatkan untuk pembentukan karakter dengan tetap seimbang.

Ada beberapa jenis pekerjaan yang berciri maskulin yang baik untuk diberikan kepada anak-anak putri tanpa harus bergaul berbaur dengan laki-laki. Beri kesempatan mereka untuk memperbaiki sendiri alat-alat yang rusak seperti setrika, kompor maupun mesin cuci. Biarkan juga mereka naik tangga untuk bekerja bakti mengecat dinding, membersihkan ventilasi atau memasang lampu. Sesekali dilatih cara paku-memaku dan palu-memalu pun cukup perlu.

Begitu pula rangsangan-rangsangan kegiatan yang melatih otak untuk tetap berpikir kritis harus diberikan. Di samping menerima pelajaran-pelajaran yang menumbuhkan kelembutan, ketelatenan dan kesabaran, tetap diberikan soal-soal perhitungan dan eksak yang harus diselesaikan.

Bagi yang laki-laki pun sesekali perlu diajak melakukan kegiatan-kegiatan yang mengasah kesabaran dan ketelatenan walau dalam porsi kecil. Kegiatan-kegiatan yang beragam bagi anak-anak ini toh tidak harus dilakukan dengan cara bergaul berbaur, untuk menjaga hijab antara mereka.

Minggu, 11 Oktober 2009

PidGin cannot connect server Yahoo Mesengger



Pidgin susah sekali login ke YM selama tiga hari ini.. hmmm.. setelah frustasi buat mencoba software ini sampai-sampai menginstall yang versi terbaru. Akhirnya dapat sedikit pencerahan juga dari hasil pencarian di plurk. Ternyata satu hal kenapa YM alias Yahoo!Mesengger susah login melalui pidgin adalah Page Server.

Lalu bagaimana solusinya?
Nama domain yang digunakan untuk koneksi ke server Yahoo adalah “cn.scs.msg.yahoo.com” yang dapat dilihat (di Pidgin) melalui Accounts -> Manage Accounts -> pilih account yang akan dirubah -> Modify -> Advanced -> Pager Server. Nah, Pager Server lalu diganti dengan "scsa.msg.yahoo.com".

Nah, semoga bisa membantu




Kamis, 08 Oktober 2009

Berita Duka

Saya kira kita perlu ucapkan selamat pada Bung Ical, paling tidak beliau sudah berhasil melewati suatu proses seleksi. Sampai saat ini memang beliaulah yang unggul. Perkara kiprah Golkar ke depan, tergantung pada pengurus Golkar dan masyarakat luas. Kalau masyarakat masih percaya pada Golkar, tentu Golkar akan tumbuh lagi.

Dengan terpilihnya Bung Ical sebagai Ketua Golkar, mudah-mudahan masalah Lapindo dapat diselesaikan dengan lebih baik. Dengan duduk di salah satu teras apartemen Taman Rasuna Said, diketinggian, sambil menatap gedung baru berwarna biru dengan motif pelintir itu, saya merenung dan saya kok yakin betul Bung Ical akan lebih bijak dalam menangani masalah.

Mudah-mudahan Bung Ical dapat menjadi panutan masyarakat dan dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya untuk Nusa dan Bangsa Indonesia. Amin.


Regard
luxsman


Tidak lagi sebagai pendukung Golkar sejak 2004.




Selasa, 06 Oktober 2009

Fitnah Dalam Bencana

Untuk kesekian kalinya, Indonesia kita didera bencana alam. Itu merupakan konsekuensi dari kondisi geografis negara kita. Bencana bisa menimpa siapa saja, apapun prinsip hidup korbannya.

Selama ini saya prihatin melihat orang-orang tertentu yang dalam suasana bencana malah mengobarkan fitnah. Mereka menuduh bencana terjadi karena orang-orang menjalankan prinsip hidup yang berbeda dengan dirinya. Misalnya, "bencana terjadi karena Tuhan murka terhadap maksiat manusia"atau "Bencana datang karena MIYABI mau main film di Indonesia". Sungguh, klaim semacam ini tidak ada pembenaran rasionalnya.

Karena itu, kali ini dan untuk seterusnya, hentikan memfitnah seperti itu. Mari kita fokus bersimpati & membantu saudara2 sebangsa kita yg kesusahan, apapun prinsip hidup mereka.

Salam Indonesia :)




Jumat, 02 Oktober 2009

Fenomena Kontroversial Dunia Maya

Salah satu fenomena yang kontorversial dalam berkomunikasi di dunia maya Facebook, Multiply, Friendster, Twitter, Plurk dan sejenisnya adalah adanya fasilitas "remove/delete contact". Orang yang meremove contactnya seringkali di cap sebagai orang yang memutus silaturrahim, sebuah tindakan yang sangat tercela dalam hukum islam. Benarkah tindakan meremove contact sama dengan memutus silaturrahim?
pertanyaan besar ini akan coba saya analisa, bukan untuk dijadikan landasan hukum tetapi sebagai dasar pemikiran yang mungkin bisa jadi masukan sebelum kita mengambil keputusan.

Tanpa bisa mengelak saya mengakui bahwa saya adalah orang yang beberapa kali meremove kontak. Saya juga yakin teman-teman yang lain juga pernah melakukannya.

Mengapa sampai meremove? Setidaknya ada 2 alasan atas tindakan ini yaitu: sebagai reaksi dan sebagai aksi

1. Meremove sebagai sebuah reaksi
Saya percaya sebagian besar orang meremove contactnya sebagai sebuah reaksi atas tindakan atau ucapan yang dilakukan oleh orang yang diremovenya. Dalam dunia nyata, bila kita tidak menyukai seseorang kita bisa menemukan banyak cara untuk menghindari dari pertemuan dan berkomunikasi dengan orang tersebut. Kita bisa mengambil jalan pintas atau jalan memutar agar tidak berjumpa dengan dia. Kita lakukan ini karena kita yakin bila kita berjumpa dengan orang tersebut akan lebih banyak mudoratnya daripada manfaatnya.

Beda dengan komunikasi di dunia maya, kita tidak bisa menghindari orang yang tidak menyenangkan selama dia masih kontak kita. Apapun yang dia ucapkan akan masuk ke inbox kita. Info-info negatif dan tidak menyenangkan harus kita terima mau atau tidak karena itulah kondisi komunikasi. Misalnya ada contact yang rajin menceritakan kegiatan pribadinya yang sebenarnya tidak perlu diketahui orang lain. Contohnya "aduh,,,,mas deny lagi ngambek, pengen nangis....". Bagi penulis mungkin hal ini adalah hal biasa tetapi tidak bagi semua kontak. Menceritakan hal pribadi bisa berpotensi bagi penerima berita untuk melanjutkan, menyebarkan, menambahi, menganalisa dlsb hingga akhirnya menjadi bahan gossip, bahkan bisa bermuara ke fitnah. Ini adalah contoh kecil, banyak contoh lain yang lebih besar bahkan menyangkut masalah agama yang bisa menimbulkan kesesatan dan perpecahan.

Singkat kata, orang meremove karena terpaksa untuk melindungi dirinya sendiri dari info-info yang tidak berguna yang bisa merusak iman, merendahkan moral, menyesakkan dada, menggangu pikiran, dll. Seperti kata pepatah "bila kita berteman dengan pandai besi, maka kita akan mencium bau apek keringat tetapi berteman dengan penjual parfum kita akan mencium aroma wangi"

Untuk analisa pertama ini saya tidak setuju bila meremove kontak disamakan dengan memutus silaturrahim sesama muslim.

2. Meremove sebagai sebuah Aksi.
Agak sulit untuk menguraikan tindakan ini, karena saya yakin tiap hilir pasti ada hulunya, tiap tindakan pasti ada sebabnya. Orang yang mendelete kontaknya tanpa sebab adalah sebuah tindakan yang tidak perlu. Mungkin mereka melakukannya dengan alasan karena kontaknya sudah terlalu banyak hingga kerap kali dia kehilangan berita yang penting dari sekian banyak berita yang tidak penting.

Alasan lain mungkin karena dia melakukannya karena mendapat info negatif dari orang lain hingga dia merasa tidak nyaman dan langsung mengambil aksi sepihak tanpa konfirmasi terlebih dahulu (korban gosip). Alasan lainnya lagi mungkin karena dia melakukannya dengan tanpa alasan yang jelas atau karena ingin menutup akun nya.

Untuk analisa kedua ini, anggapan sebagai tindakan memutus silaturrahim mungkin bisa dipertimbangkan. Namun tentu juga tergantung kepada bagaimana silaturrahim mereka sebelumnya ketika masih menjadi kontak. Jika tidak pernah berkomunikasi dan tidak lebih sebagai penambah jumlah kontak tetapi ketika diremove dia merasa keberatan, pertanyaannya silaturrahim mana yang diputus bila sebelumnya memang tidak ada silaturrahim.

Semoga analisa sederhana ini bisa memberi ide dan manfaat. jika terdapat kekeliruan mohon diluruskan.