Selama ini bodoh diidentikkan dengan orang yang tidak mendapat pendidikan formal atau hanya mendapatkannya sedikit saja. Mereka dianggap orang bodoh karena tidak bisa mengikuti pembicaraan yg dilakukan orang yang punya pendidikan formal lebih tinggi.
Saya pribadi menganggap pengelompokan seperti ini adalah sebuah kekeliruan karena orang yang tidak mendapat pendidikan formal tidak mutlak menjadi orang bodoh. Mereka orang cerdas untuk tingkat keilmuan mereka dan tingkat keilmuan sulit diukur dgn melihat ijazah formal saja.
Metode mengukur kecerdasan juga coba ditentukan dengan test IQ. Namun menurut saya cara ini juga tidak merefleksikan bodoh atau pintarnya seseorang. Pada saat pertama kali ikut test IQ, nilai IQ sy berada pada tingkat rata-rata. Pada saat itu saya sama sekali tidak punya gambaran bagaimana bentuk soal dalam test tersebut. Beberapa waktu kemudian saya ikut lagi test IQ dengan modal pengalaman sebelumnya, hasilnya saya berada pada level hampir jenius. Melihat hasil test ini saya hanya tersenyum, bukan saya yang bertambah pintar, tapi soal test IQ nya yang sudah familiar. Saya sama sekali tidak percaya pada hasil test macam gini.
Kebodohan akan selalu ada pada setiap manusia entah dia anak TK hingga seorang profesor. Sangat salah untuk menganggap dosen, atasan, bos sebagai orang yang selalu benar. Justru orang yang tidak mau disalahkan adalah orang bodoh dan orang yg menganggap idolanya selalu benar adalah orang bodoh.
Setiap hari secara tidak sengaja kita bisa menemukan kebodohan orang lain, seperti wasit sepakbola yang tidak jeli, dosen yang melemparkan karya tulis mahasiswanya, dokter yang menjual obat mahal kepada orang miskin, hingga ke pejabat yang tidak bisa bertindak bijak. Contoh kasus nyata; ada teman yang baru lulus program master di Inggris. Ia seorang dosen dimana hanya ia sendiri yang punya kesempatan study di luar negeri untuk jurusan tersebut. Ketika pulang di tempat kerjanya ternyata jurusan tersebut sudah ditutup sehingga ia tidak punya kesempatan untuk membagi ilmunya. Universitas lain yang punya jurusan sama sangat membutuhkan orang seperti beliau. Kemudian ia mengusulkan kepada atasannya untuk pindah ke universitas yang membutuhkannya. Namun sang atasan yang sudah profesor malah marah-marah karna menganggap teman tersebut mencari kesempatan dalam kesempitan (kesempatan pindah). Jadilah ia orang bingung, punya posisi tapi tidak punya pekerjaan. Inilah contoh nyata birokrasi pejabat Indonesia yang sangat kaku dan bodoh. Banyak anak bangsa yg punya ilmu tapi dimarginalisasi seperti ini karena pemerintah mengangkat orang bodoh sebagai pejabat.
Bisakah kebodohan itu dihilangkan? bisa, kuncinya cuma satu; kejujuran. Orang bodoh adalah orang yang berbuat salah setelah ia tahu mana yang benar. Misalnya ia tahu kezaliman itu adalah salah, tetapi ia memutuskan untuk tetap mendukung pelaku kezaliman. Mengapa mereka melakukan kebodohan seperti ini? karena ia tidak punya kejujuran pada dirinya sendiri tetapi cenderung mencari alasan pembenaran atas apa yang dilakukannya. Ini adalah karena nafsu dan nafsu mengalahkan hati nurani. Jika para ulama bisa berbuat jujur, umat tidak akan terpecah belah. Jika pemimpin bisa berbuat jujur maka umat akan tenang dan makmur. Jika ulama dan pemimpin keduanya bersikap jujur, maka kebodohan akan hilang dari umat ini.
iyo..klo kita sudah faimiliar dengan tes tersebut ya jadi kita tahu mana yang harus dipilih biar jenius..tambah membodohkan..yang tahu pintar tidaknya ya sikap kita dalam menghadapi masalah
BalasHapusizin copas min
BalasHapusBagus skali pak artikelnya,, menambah wawasan..
Hapus