Indonesia memang negara teraneh di dunia. Dari negara-negara (yang ada warga negara/penduduk muslimnya), hanya Indonesialah satu-satunya yang hampir di setiap Idul Fitri-nya ada perbedaan versi, ada perbedaan tanggal/hari. Termasuk Idul Fitri kali ini, ada dua pendapat pada penentuan 1 Syawal, yakni antara tanggal 30 (Selasa) dan 31 (Rabu) Agustus. Pemerintah menetapkan 31 Agustus sebagai 1 Syawal 1432 H, dan disepakati oleh seluruh ormas, kecuali Muhammadiyah yang tetap bersikukuh pada pendapatnya, bahwa 1 Syawal adalah tanggal 30 Agustus. #doh kenapa masih begini ya?
Dari hukum asal... perbedaan dalam masalah ijtihadiyah, perbedaan dalam masalah fiqhiyah diperbolehkan dalam Islam. Tapi ada kaidah yang mengatakan, bahwa keputusan ulil-amri menghilangkan segala perbedaan. Jadi ulil-amri (pemimpin, dalam hal ini pemerintah) memiliki kewenangan secara hukum untuk menentukan kebijakan, dan rakyat hendaknya taat pada keputusan pemerintah (dengan catatan bukan dalam hal kemaksiatan). Ormas dalam hal ini memiliki hak untuk memberika usul dan pendapat, tapi mestinya tetap taat pada keputusan pemerintah. Namun hal seperti ini belum bisa terlaksana di Indonesia.
Contoh gampangnya ya saat Idul Fitri, maupun penentuan awal bulan Ramadhan itu. Perbedaan pendapat yang didasari perbedaan metode penentuan tanggal, antara rukyatul hilal dengan hisab. Meski hisab zaman sekarang bisa jadi sangat akurat, terbukti dengan kapan, jam berapa, menit ke berapa terjadinya gerhana dan hasilnya akurat seperti perhitungan, namun yang paling sesuai dengan hadits Nabi saw. adalah dengan rukyatul hilal. Namun, di luar itu semua tetap saja sebaiknya mengikuti keputusan pemerintah di sini. Dengan begitu ukhuwah dan kesatuan umat dapat lebih terjaga.
Mungkin suatu saat, kebijakan pemerintah perlu diubah. Pemerintah yang sekarang terlalu memberikan toleransi perbedaan, tidak dipilah-pilah mana yang boleh berbeda dan mana yang sebaiknya sama/seragam. Mungkin akan jauh lebih baik seperti saat pemerintahan Orde Baru, dalam hal penentuan awal Ramadhan dan 1 Syawal, yang tegas dan tidak mentolerir perbedaan. Sehingga umat Islam di Indonesia dapat melaksanakan Ramadhan dan mengakhirinya secara bersama-sama. Inilah salah satu upaya menjaga ukhuwah dan kesatuan umat yang perlu diteladani dari Orde Baru. :).
Mau beda asal guyup ya gpp :D
BalasHapusProblemnya di Indonesia, Islam bukan agama resmi Negara. Seperti Malaysia maupun Brunei Darussalam.
BalasHapusKeputusan Pemerintah hanya berdasarkan keputusan beberapa Ormas Islaam Yang difasilitasi Negara saat melakukan Rukyatul Hilal.
Jika Ingin seragam maka MUI harus diberikan kekuatan memutuskan Kapan Hari Iedul Fitri tiba...seperti negara tetangga punya Lembaga Mufti Negara/Kerajaan.
Sepanjang kondisi ini masih ada masih punya peluang beda hari Raya. Muhammadiyah dan NU punya Ummat dan Dasar Penetapan yang tidak bisa diatiur Negara....
Saya masih bingung pesen jajanan untuk pertemuan keluarga, karena bukan kue kering tapi bakso. Yg dipesenin sudah minta kepastian tanggal sejak seminggu lalu, sementara sayanya masih bingung
BalasHapusDulu orde baru menteri agamanya orang Muhammadiyah kale,,, jadi sama terus idul Fitrinya,,, Sekarang Menterinya NU, ya ga bakal sama.. jadi terima saja perbedaan, toh semua punya dalil yg jelas, ga usah dipersulit kang,,
BalasHapus