Membaca berita beberapa hari ini membuat saya tercenung. Berita itu cukup memrihatinkan kita semua. Berita itu berbunyi bahwa ada belasan SMU yang harus melakukan Ujian Nasional (UNAS atau UN), diulang karena pada pelaksanaan UNAS yang lalu tidak lulus 100%! Ini betul-betul berita hebat dan patut mendapatkan perhatian semua fihak, khususnya bagi fihak-fihak yang mempunyai tanggung-jawab langsung terhadap dunia pendidikan di negeri ini.
Saya merasa sangat penasaran mengapa hal seperti ini bisa terjadi, bukankah anggaran belanja pembangunan di bidang pendidikan sudah sangat diprioritaskan. Bahkan sudah ada kewajiban bagi pemerintah untuk mengalokasikan minimum 20% anggaran untuk membangun dunia pendidikan. Kalau ternyata hasilnya seperti ini apa yang salah dengan dunia pendidikan di negeri ini?
Ada yang menduga bahwa banyak bocoran jawaban soal UNAS yang jatuh ke tangan adik-adik kita yang jawabannya ngawur. Kunci-kunci jawaban soal UNAS seperti ini sudah tentu akan menyebabkan peserta UNAS akan memperoleh nilai buruk dan tidak lulus. Namun permasalahannya tidak berhenti sampai di situ, yang perlu kita pertanyakan mengapa para adik kita begitu yakin dengan bocoran-bocoran kunci jawaban aspal tersebut dan menyonteknya begitu saja, seakan tidak perlu berfikir lagi. Sungguh menyedihkan kalau putera-puteri harapan bangsa tidak memiliki kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri!
Menurut sejarah di bawah tahun 1980-an, semua sekolah di semua tingkatan harus mengikuti ujian negara, dan saya belum pernah membaca dan mendengar ada sekolah yang tingkat kelulusannya nol persen. Padahal pada masa itu pelaksanaan ujian negara dan cara pemeriksaan hasilnya masih dilakukan secara manual dan belum menggunakan komputer. Nah sekarang, semua sudah menggunakan komputer malah hasilnya begitu menggemaskan.
Oleh sebab itu terfikir oleh saya, apakah tingkat ketidaklulusan 100% ini juga disebabkan oleh sistem pemeriksaan dan pemberian nilai yang serba komputer itu. Kita tidak mengabaikan fakta bahwa komputer itu hanyalah sebuah mesin. Dia hanya bekerja berdasarkan program yang dibuat oleh manusia.Komputer itu akan mengeluarkan output hanya sesuai dengan program yang diperuntukkan bagi mereka. Di sini kita perlu mempertimbangkan metoda-metoda ilmiah lainnya dalam memberikan nilai atau score kepada para peserta ujian.
Metoda yang lazim digunakan di negara-negara lain adalah pemberian nilai dengan Standard Nilai Rata-Rata dengan ilmu statistik. Menurut cara ini, apabila jumlah peserta ujian (jumlah populasi) lebih dari 30 orang maka distribusinya dapat dikatakan normal dan pola standard rata-rata dapat digunakan. Dengan cara ini jumlah nilai seluruh peserta ujian dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah peserta. Apabila hasil pembagian itu (nilai rata-rata) misalnya adalah tiga, maka angka tiga itu adalah nilai minimum untuk lulus, sebaliknya apabila nilai rata-rata itu misalnya adalah tujuh maka angka tujuh itulah yang syarat minimum untuk lulus.
Dengan metoda standard rata-rata di atas akan sulit terjadi adanya ketidaklulusan 100%. Syaratnya, para peserta ujian tidak membuka buku atau mencontek dari kertas contekan. Mereka bebas memilih rata-rata kelas yang rendah dengan tingkat kemungkinan lulus lebih besar atau rata-rata kelas yang tinggi dengan tingkat kemungkin lulus lebih kecil. Kita perlu sadar dan ingat bahwa apabila tingkat kelulusan dalam satu ujian itu lebih kecil dari 50%, maka yang bersalah bukanlah si anak didik.
apik wes gak ada tanda serunya !! :D
BalasHapusSIswa siswinya gk PD an.. itu deh akal yang harus ditempuh...
BalasHapususul lebih baik 100% yang dinyatakan gk lulus.. lulus kan za dari pada repot ngulang hahahaha...
saya gak paham sama paragrap yg ke 6
BalasHapuslhaaa iya, disini kurve normalnya beda, karena sudah ditentukan..
BalasHapuspokoke jancuuuukkk...
BalasHapusMemprihatinkan sekali...
BalasHapusGara2 semua canangkan lulus 100%, ujung2nya malah bubrah
gimana bangsa ini mau maju, lha wong masih percaya sama contekan bukan sama otak sendiri
BalasHapusMungkin Indonesia sudah tidak lagi mementingkan SAINS tapi mementingkan Entertainmentny yg lagi marak, kalo SAINS siyh mungkin yaaahh, di nomerduakan lah, angan nomer 3 :)
BalasHapustulisanmu begitu ilmiah. top!. pasti iki lulusan SMA sing bener...
BalasHapuspendidikan sudah menjadi industri
BalasHapusUNAS =====> Ujian Nasib Anak Sekolah, bayar sekolah mahal2 kok hanya untuk UNAS. nah...bakat yg lainnya mau dikemanakan *ngamuk2*
BalasHapusgak isok koment aku!
BalasHapussemoag SDM bangsa ini semakin baik ajah deh kedepannya
Mewajibkan anak didik belajar tapi penyelenggaranya yang di tingkat "Duwur" sana malah gak mau belajar mengelola system Pendidikan Nasional yang baik...
BalasHapusPrihatin...
gimana yaa secara gitu anak jaman sekarang udah terkontaminasi sama jawaban yg belum tentu benar
BalasHapusseharusnya siswa harus lebih konsisten dan konsekwen dalam menghadapi ujian nasional
tolonglah kepada siapa saja luluskanlah kami tahun ini saja 100% agar ORTU kami senang dan bahagia..
BalasHapustolonglah kami, kami tidak ingin semua perjuangan kami, guru kami, orang tua kami berusaha untuk kami, tetapi bagaimana apabila kami tidak bisa menjawab perjuangan itu. Tolong lah kami...
BalasHapus@gd dan zl: aku hanya bisa berdoa, karena saya masih belum mempunyai kekuasaan
BalasHapusseng penteng aku wes lulus........
BalasHapusgw LULUS
BalasHapusmasakallah ngenteni pengumuman yo diundur2.Mbayar sekolah mong mbayari pemerintah la piye mburi2ne gak lulus. neng pundi to alamat kanggo ndelok hasil ujian??????????????
BalasHapusdw lulus dengan nilai terbaik
BalasHapusminta donk alamat tentang kelulusan smu tahun ajaran 2009
BalasHapusINILAH JELEKNYA ORANG INDONESIA . . .
BalasHapusGAK PADA MAU BERUSAHA . . .
BUAT APA KITA SEKOLAH 12 TAHUN DARI SD - SMA TAPI MASIH PERHITUNGAN SAMA BIAYA . . . TOH KALO KITA BENER" BELAJAR BIAYA ITU GAK ADA ARTINYA . . . DENGAN BELAJAR BENER" KITA BISA JADI ORANG SUKSES . . . DAN BIAYA PENDIDIKAN YANG SUDAH ORANGTUA KITA KELUARKAN BISA TERGANTIKAN . . .
yang gogblok tu pemerintah ma DPR bikin undang2 yang ga jelas dulu zaman saya ada EBTANAS ga pake ada bocoran soalnya kelulusan di tentukan dari skolah masing2 bukan di ukur dari 3 hari kita ikut UAN klo g2 acuannya udah aja ga usah sekolah yang penting pas UAN ikut dan minta bocoran selesai kita bisa lulus tanpa harus repot pergi ke sekolah tiap hari.
BalasHapus