Minggu, 31 Juli 2011

Semoga Amal dan Ibadah Anda Diterima Disisi-NYA

Cupak panuah gantang balanjuang, Sukatan bodi caniago, warih di datuak parapatih, Undang didalam luak nan tigo, pakaian rantau jo pasisia, Talingkuang di ranah bundo kanduang. Jo salam sambah di anjuang, Kapado dunsanak jo sudaro, Ma,af jo rila ampun nan labiah, Kok ado lidah nan sumbang kato, Buah tutua kok manggisia, Kiniko ma,af samo dianjuang.., Nyampang kok tak di garih nan tapaeh, kok tak rakuak nan tatabang, Mangarek kok tak tapek ukua jo jangko, mungkin kok marauik talampau aluih, Tak manusia nan tak gawa, hanyo tuhan nan basipaik khadim,, Marilah kito samo mama,afkan, Mohon ma,af lahir bathin.

Marhaban ya Ramadhan. Selamat menunaikan ibadah puasa 1432 H

#Luqman Kumara yang mudah.mudahan segera berkeluarga#

*mohon maaf tidak bisa kirim n balas sms ucapan, maklum fakir pulsa,, :-* Use your precious moments to blog life fully every single second of every single day.

http://luxsman.blogspot.com/
http://luxsman.web.id/

-----
Powered K610i and TELKOMSEL

Posted via email from luxsman

Jumat, 29 Juli 2011

Hidung Pesek - Mata Sipit

Mengatakan atau dikatakan berwajah jelek adalah sesuatu yang tidak enak. Kejam dan tidak adil rasanya karena penghormatan masyarakat, sukses kerja dan perjodohan banyak dipengaruhi oleh citra fisik seseorang. Sudah tradisi umum untuk mengkaitkan keindahan dengan kebaikan dan keburukan dengan kejahatan. Meskipun tidak benar selalu saja keburukan dijadikan ciri kejahatan dan ketampanan sebagai ciri kebaikan. Kita selalu menontonnya dalam film-film. Sementara itu kita menyaksikan banyak orang yang tidak puas dengan wajah asli mereka. Saudara perempuan kita menyesali rambut keriting dan hidung peseknya. Banyak wanita di China mengoperasi mata sipit mereka supaya nampak universal dan mengoperasi bibir mereka supaya lebih mudah untuk mengucapkan bahasa Inggris. Mata sipit dan hidung pesek orisinil dari Maha Pencipta ternyata banyak yang tidak suka. Demi karir dan penampilan. Bisa kita maklumi dan tidak mungkin dicegah karena sudah menjadi kegiatan industri permak wajah.

Konon Socrates yang terkenal itu berwajah buruk. Matanya menonjol keluar seperti mata kepiting, hidungnya pesek dengan lubang yang lebar menghadap kedepan. Tetapi ia membela cacat tubuhnya dengan mengatakan bahwa mata yang demikianlah yang lebih sempurna dan sesuai dengan tujuan penciptaannya. Dengan sedikit menggerakkan bola mata, mata kepiting bisa melihat hampir kesegala arah daripada mata indah yang hanya dapat mengarah kedepan. Hidung pesek juga lebih unggul daripada hidung mancung karena tidak menimbulkan penghalang diantara kedua mata dan memungkinkan pandangan bebas tanpa halangan apapun. Sementara hidung mancung menyekat pandangan satu mata dengan yang lain. Lubang hidungnya yang terlalu lebar, bukankah hidung berfungsi untuk mencium? Lubang yang lebar dan mengarah kedepan lebih baik karena dapat menangkap bau-bauan dari segala arah ketimbang lubang sempit dari hidung mancung yang mengarah kebawah. Socrates menggunakan kejelekan wajahnya sebagai sentuhan filosofis dengan menyimpulkan bahwa filsafat dapat menyelamatkan kita dari keburukan lahiriah.

Yang lebih buruk muka dari Socrates adalah Jean-Paul Sartre, filosof eksitensialis kiri dari Perancis (1905-1980) dengan mata malas dan juling, wajah tak simetris dan tubuh pendek. Baginya cacat fisiknya itu merupakan aspek sentral dari kepribadiannya. Ide-ide filsafatnya banyak berkaitan dengan perjuangan seumur hidupnya untuk berdamai dengan cacat fisiknya yang menyolok mata itu. Semasa kecil Sartre adalah anak mama, dimanja dan diperlakukan seperti boneka. Rambutnya dipanjangkan dan disisir rapih dengan baju yang berenda-renda. Ibunya memanggilnya Polo yang manis. Kakeknya Karl Schweitzer, tokoh terhormat dengan jenggot yang berwibawa merasa sebal melihat cucunya yang seperti anak perempuan. Dibawanya ia ketukang cukur dan dipangkasnya rambutnya. Ibunya menangis frustrasi karena wajah Paul nampak jelek sekali. Tanpa rambut keriting panjang dan pakaian mewah Sartre kecil nampak sekali cacatnya. Para biographer menggambarkan wajah Sartre memang jelek. Dengan mata juling dan rabun sebelah ia kelihatan selalu curiga dan tidak jelas perhatiannya. Teman-temannya menggambarkannya seperti kodok berkaca-mata dan kelewat pendek. Satu-satunya kepuasan Jean-Paul adalah rasa percaya dirinya, ia tahu bahwa ia lebih cerdas dari anak-anak lain.

Menyikapi ketidak-sempurnaan fisik orang lain maupun diri sendiri dengan rendah hati adalah penting karena karena dapat berakhir dengan kufur atau syukur, sombong atau frustrasi.

Minggu, 24 Juli 2011

Tradisi Nyekar dan Nyadran

Beberapa hari lalu saya menerima incoming call dari teman sekolah dulu, kebetulan dia memiliki pekerjaan yang tak perlu keluar jauh dari kampung halaman, Surabaya. Dalam pembicaraan via telepon sekilas dia menceritakan tentang keadaan Surabaya hari-hari belakangan ini yang agak lumayan crowded dibanding hari-hari biasanya. Kalau kita lihat memang masa-masa liburan telah usai, namun ternyata bukan saja hanya masa liburan itu yang mampu membikin Surabaya menjadi agak ramai, namun sehubungan dengan bulan menjelang Puasa inilah yang mengakibatkan itu semua terjadi.

Sya'ban adalah nama bulan sebelum Ramadan atau orang Jawa lebih mengenalnya sebagai Wulan Ruwah sebelum menginjak Wulan Pasa. Disebut sebagai Wulan Ruwah menurut sumber yang saya ketahui karena memang ada yang bilang bahwa pada bulan ini sangat tepat sekali jika kita manusia yang masih diberikan hidup oleh-NYA didunia ini memanjatkan do'a agar arwah yang telah mendahului diberikan tempat yang layak disisi-NYA. Selain itu ada pula yang meyaqini sebuah paham bahwa bulan Ruwah adalah sebagai saat turunnya arwah para leluhur untuk mengunjungi anak cucu di dunia, hal ini lebih sering disebut dengan istilah mudhunan dan munggahan. Karena itulah saya masyarakat Jawa mengenal tradisi yang bernama 'nyekar' dan atau "nyadran".

Nyekar, dinamakan nyekar karena sebagaimana kata sekar yang berarti kembang/bunga, maka definisinya adalah sebagai satu bentuk tradisi pengiriman bunga yang ditujukan kepada nenek moyang dan arwah leluhur yang telah mendahului kita. Sementara nyadran, adalah satu bentuk tradisi layaknya kenduri, yaitu sama-sama menggunakan uba-rampe (sarana) tertentu yang biasanya berujud makanan (besekan), hanya saja yang membedakan adalah mengenai pengambilan lokasi yang biasanya dianggap keramat dan dipercaya masyarakat lokal bisa makin mendekatkan dengan Yang Maha Kuasa. Biasanya pengambilan lokasi itu berupa makam leluhur atau tokoh besar yang banyak berjasa bagi syiar agama. Sementara makanan yang biasanya musti ada adalah berujud ketan, kolak, serta apem.

Pada Bulan Ruwah, mengenai tradisi nyekar mungkin bisa dilakukan tanpa ada catatan yang menentukan sebuah waktu (hari), jadi kapan saja berkehendak nyekar selama masih pada bulan Ruwah maka tak ada larangan untuk melaksanakannya. Agak lain halnya dengan tradisi nyadran, karena melibatkan banyak orang maka tradisi nyadran ini biasanya dilaksanakan berdasar waktu yang sudah ditentukan secara turun temurun. Waktu pelaksanaan nyadran biasanya dipilih pada tanggal 15, 20, dan 23 bulan Ruwah.

Kalau diatas adalah pemaparan mengenai perbedaan antara "nyekar" dan "nyadran", maka sebagai inti kesamaan pada dua bagian itu adalah "sama-sama memanjatkan doa kepada Allah SWT agar diberi keselamatan dan kesejahteraan dengan cara berziarah kubur juga."

Menurut sejarah, 'nyadran' adalah sebuah kata berasal dari bahasa Sanskerta “sraddha” yang artinya keyakinan, percaya atau kepercayaan. Tradisi ini awalnya timbul sejak jaman Majapahit dimana Ratu ketiga kerajaan Majapahit, yaitu Tribuwana Tunggadewi berkeinginan pergi ke pengabuan Ibunya (Sri Gayatri) di Candi Jago guna mengirim do'a. Dan ternyata setelah masuk eranya Walisongo hal ini masih bisa dilanjutkan karena masih dalam wacana berziarah dan mendoakan orang tua.

Hal diatas akhirnya diselaraskan menurut waktu yang ada yaitu pada bulan menjelang Puasa (Ruwah), dengan alasan bahwa kesemuanya itu juga bakalan ada kesinambungannya dengan bulan suci yang akan dilaluinya.

Sekali lagi dengan berziarah kubur pun secara tak langsung kita turut mendoakan arwah para leluhur yang telah tiada agar memperoleh tempat yang layak disisi-NYA dan diampuni segala kesalahannya sewaktu didunia. Artinya pada bulan Ruwah ini dilakukan kegiatan yang mana kegiatan tersebut merupakan tindakan pelaporan atas amal perbuatan manusia. Dari sikap semacam inilah maka ada satu maksud bahwa tindakan tersebut adalah juga merupakan sarana introspeksi atau perenungan terhadap segala daya dan upaya yang telah dilakukan selama setahun. Dan juga penyadaran pribadi bahwa kita ini pun nantinya bakalan menemukan kematian, sampai seberat apakah bekal yang sudah kita gendong..? sejauh apakah jalan lurus yang tanpa belak-belok ini terlewati...? Semua pertanyaan ini hendaknya mampu membuat kembali pada penyadaran pribadi.

Demikian adalah sedikit coretan saya tentang tradisi nyadran dan nyekar pada bulan Ruwah.

Secara pribadi saya tak terlalu mempermasalahkan apalagi menyalahkan apabila ada dari temen-temen tercintaku semuanya disini menganggap bahwa ini adalah perbuatan syirik dan mengada-ada. Itu adalah hak anda dalam menjalankan sebuah demokrasi di negeri tercinta ini.

Yang pasti saya pun mencoretkan ini semua bukan tanpa alasan. Sungguh alangkah bahagianya saat nilai tradisi dan budaya lokal ini mampu kita jaga tanpa harus terpengaruh negara luar baik itu Arab ataupun Barat. Budaya kita tetap adiluhung dan identitas diri pun tak takut untuk tergadaikan.

Sementara ini semua sepertinya juga tak menyimpang dan masih relevan apabila diterapkan saat ini, dimana baik tradisi nyekar ataupun tradisi nyadran keduanya tak hanya bermuara pada karya gotong royong dan kebersamaan dalam membersihkan makam leluhur semata, ataupun selamatan dengan kenduri lalu makan-makan kue apem ,ketan , dan kolak saja. Namun lebih dari itu, nyadran ternyata mampu dijadikan ajang silaturahmi, alat perekat sosial tanpa harus terkotak-kotak dalam status sosial, kelas, agama, golongan, atau apapun yang hanya mendogmakan kita pada kebenaran secara subyektif.

Senin, 18 Juli 2011

RailBus Solo

Warga solo bulan juli ini memiliki alternatif moda transportasi baru. Railbus ini menjadi railbus pertama yang beroperasi di pulau jawa.

Railbus ini akan beroperasi melayani rute Solo - Wonogiri. Railbus ini terdiri tiga gerbong dengan kapasitas 160 orang, kecepatan maks. 100km/jm.


Use your precious moments to blog life fully every single second of every single day.

http://luxsman.blogspot.com/
http://luxsman.web.id/

-----
Powered K610i and TELKOMSEL

Posted via email from luxsman