Minggu, 25 April 2010

Lulus Kuliah

“Setelah lulus kuliah mau ngapain ?”
“Udah kerja dimana ?”
“Apa kabar pengangguran ?”


Mungkin kata-kata atau sapaan itu sering dijumpai atau ditujukan kepada seseorang yang sudah lulus kuliah S1. Maklum saja, setelah seseorang lulus menjadi sarjana Strata 1 selalu ditanya dengan pertanyaan klasik atau pun hanya sekedar cibiran yang kadang menyakitkan. Pertanyaan klasik itu lebih ke pertanyaan apakah sudah bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Nah, kalau untuk cibiran yang saya maksud itu lebih ke status yang telah berubah, yakni dari mahasiswa menjadi pengangguran. Tapi harap diingat, kalau status pengganguran itu hanya untuk orang yang belum mendapatkan pekerjaan. Kalau untuk yang sudah mendapat pekerjaan itu beda lagi statusnya.

Saya pun termasuk diantara orang itu. Karena beberapa bulan yang lalu saya telah melepas status mahasiswa saya dengan mengikuti perhelatan akbar yang dinamakan wisuda dan melalui proses yang disebut membuat skripsi. Jujur saja, pertanyaan-pertanyaan itu pun juga datang menghampiri saya. Ada yang memberi semangat karena saya telah menjadi sarjana, tapi ada pula yang langsung mencap saya sebagai pengangguran. Untuk hal itu, saya sih bisa menerimanya. Termasuk istilah pengangguran, walaupun yang memberi istilah itu mengatakan dengan nada yang kurang baik.

Sudah menjadi keharusan atau kewajiban, setelah seseorang lulus kuliah sarjana S1 harus mencari kerja. Karena saya teringat oleh sebuah istilah, bahwa kuliah di perguruan tinggi itu untuk bekerja. Maksudnya sendiri adalah bahwa setelah lulus kuliah wajib mencari kerja yang sesuai dengan konsentrasi ilmu nya sekaligus menerapkan ilmu-ilmu yang didapat ketika bangku perkuliahan.

Karena saya kuliah jurusan Teknik Elektro konsentrasi Arus Kuat maka saya pun harus bekerja di bidang arus kuat. Berarti dalam hal ini, bekerja pada tenaga listrik dengan profesi sebagai engineer. Tenaga listrik sendiri bentuknya bermacam-macam, ada yang 12 volt, 220 volt, dan 500 kV. Walaupun ketiga bentuk itu dalam hal tegangan berbeda, tapi yang menjadi persamaannya adalah sama-sama bisa nyetrum.

Lulus kuliah langsung mencari kerja itu adalah teori atau impian di benak orang. Tapi ketika berbicara kenyataan secara fakta, bahwa tidak lah mudah mencari pekerjaan. Bayangkan saja, dalam satu tahun berapa mahasiswa yang sudah diwisuda. Misalnya jumlahnya mencapai seribu orang dengan jurusan yang sama, nah seribu orang itu akan bersaing untuk memperoleh pekerjaan dengan bidang yang sama. Bisa dibayangkan hal itu, sebuah persaingan yang sangat ketat. Belum lagi ditambah dengan permasalahan setiap perusahaan itu belum tentu membuka lowongan pekerjaan. Kalau pun ada, itu pun jumlah pegawai yang diterima nya tidak banyak. Jadi, bisa kembali dibayangkan suasana seperti itu. Untuk memperoleh kerja saja, dibutuhkan perjuangan yang luar biasa.

Untungnya saja saya mendapat kemudahan akan hal itu. Dimana setiap orang setelah lulus berlomba-lomba untuk mencari pekerjaan, tapi saya malah langsung ditawari bekerja oleh perusahaan. Mungkin menurut saya itu sesuatu yang sangat langka terjadi disini. Itu hanya menurut saya. Asia Pulp and Paper lah yang menawari saya untuk bekerja di Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP). Saya sendiri pun masih dibuat heran dan tidak percaya kenapa saya bisa ditawari bekerja di sana. Padahal saya mendaftar disana hanya berbekal Surat Keterangan Telah Mengikuti Tugas Akhir dari Jurusan dan Transkip Nilai yang juga dari Jurusan.

Ketika tawaran itu datang kepada saya, saya pun tanpa ragu menerima tawaran saya. Karena, disaat sekarang dimana sulitnya mencari pekerjaan justru datang tawaran bekerja. Buat saya, why not ??. Dengan menerima tawaran itu saya juga bisa sekaligus mencari pengalaman sebanyak-banyaknya sebagai modal saya ketika kelak saya hendak mencari pekerjaan di tempat lain.

Saya sendiri pun tahu, jika saya bekerja di IKPP, saya akan ditempatkan di posisi Management Trainee yang pekerjaan nya selalu didorong mencari improvement baru. Tapi itulah resikonya, dan saya harus siap menanggung resiko itu. Apapun pekerjaannya dan seberat atau seringan suatu pekerjaan pasti ada resiko yang dihadapi. Walaupun status saya belum karyawan tetap, atau on the job trining, meminjam istilah mereka saya terima itu. Karena untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, semua itu harus dengan proses yang saya sendiri pun tidak tahu apakah lama atau cepat. Saya pun hanya menjalani apa yang sudah saya terima, tapi tetap berharap apa yang saya inginkan tercapai.

Beberapa minggu telah saya lalui sebagai karyawan management trainee di IKPP . Berbagai tantangan dan tugas telah saya hadapi. Apakah itu berat atau ringan, saya jalani dengan biasa saja. Walau hanya beberapa minggu saja baru sebagai karyawan, saya telah mendapat pengalaman baru seperti bagaimana menghadapi kengototan Achmad Michdan dari Tim Pengacara Muslim yang juga kuasa hukum Amrozi cs, pelaku bom Bali 1 yang menyatakan bahwa kliennya itu bukan teroris.

Mungkin,di kesempatan berikutnya bisa saja saya mendapatkan tantangan dan penugasan yang jauh lebih “seru” atau lebih berat dari sebelumnya. Saya tidak bisa meramalkan hal itu, tapi saya hanya berharap agar kegiatan saya yang baru ini bisa bermanfaat dan sebagai modal saya untuk mencari pekerjaan di waktu mendatang.

Sabtu, 24 April 2010

Bir Bintang rasa teh

Bila saya minum apakah halal?? Air Teh-nya halal, tapi tempat minumya???


Blog is not a thing, it is a way. Use your precious moments to blog life fully every single second of every single day. In the name of BLOG in heaven. Amien....
-----
Powered K610i and TELKOMSEL

Posted via email from luxsman

Jumat, 23 April 2010

Ikan LELE Dumbo

Pesen makanan lele penyet, ternyata lelenya jumbo, extra besar. Sesuai dengan harganya

Blog is not a thing, it is a way. Use your precious moments to blog life fully every single second of every single day. In the name of BLOG in heaven. Amien....
-----
Powered K610i and TELKOMSEL

Posted via email from luxsman

Rabu, 21 April 2010

Sejarah Kejawen

Pewarisan kawruh Kejawen atau falsafah Jawa dari generasi ke generasi berikutnya pada umumnya tidak disertai bahasa yang
rasional dan mudah dipahami. Maka, sebagai akibatnya, kawruh Kejawen di masa kini banyak yang tidak dimengerti oleh orang
Jawa sendiri. Bahkan kemudian banyak yang menganggap kawruh Kejawen atau klenik. Anggapan Kejawen sebagai tahayul atau
klenik tersebut sudah pasti tidak nyaman dirasakan bagi kebanyakan orang Jawa. Oleh karena itulah, diperlukan penjelasan-penjelasan yang masuk akal tentang Kejawen guna menepis anggapan minor tersebut.

Untuk itulah, diperlukan sebuah usaha penjelasan sekaligus upaya menggugah kesadaran Jawa untuk kembali memiliki kedaulatan
spiritual hingga kembali berjaya dalam peradaban umat manusia. Saatnya Jawa menyumbangkan cita-cita peradaban umat manusia
yang ayem tentrem kerta raharja.

Jelas bahwa kawruh Kejawen adalah falsafah hidup orang Jawa. Merupakan sebuah kristalisasi pengalaman hidup orang Jawa sejak
zaman prasejarah hingga zaman globalisasi saat ini. Sebagian besar merupakan hasil interaksi dan observasi orang Jawa dengan alam semesta di Pulau Jawa. Sudah barang tentu ditambah hasil interaksi dengan falsafah dan kebudayaan bangsa-bangsa lain yang berdatangan ke Jawa sejak ratusan tahun lalu.

Dikarenakan sifat alam tanah Jawa vulkanis subur, warga masyarakat semenjak dahulu hidup bercocok tanam. Cara hidup agraris menjadi nuansa falsafah dan kebudayaan orang Jawa selalu selaras dengan suasana agraris yang mengutamakan mencapai kondisi masyarakat yang laras, ayem tentrem, dan rukun. Dengan demikian, tumbuh kembangnya naluri nalar dan rasa pangrasa orang Jawa selalu memuat tujuan dan upaya mencapai situasi dan kondisi masyarakat yang laras ayem tentrem kerta raharja dan rukun. Karena memiliki dasar tujuan yang seperti itu, maka menjadikan orang Jawa memiliki watak lower dan bisa menerima siapa saja sebagai saudara.

Karena memiliki toleransi yang kuat, orang Jawa bisa menerima dengan baik masuknya falsafah dan kebudayaan bangsa lain.
Selanjutnya malah bisa membaur dengan rukun. Konon orang Jawa pandai menyinergikan falsafah dan kebudayaan aslinya dengan
semua falsafah dan kebudayaan lain yang diterima. Kejawen merupakan tuntunan atau ajaran hidup yang di dalamnya termasuk konsep kebertuhanan orang Jawa. Maka Kejawen juga mencakup masalah hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam semesta seisinya yang khas orang Jawa. Sedemikian rumit dan luas cakupan Kejawen sehingga pada masa kini masyarakat Jawa sendiri banyak yang tidak memahami Kejawen itu sendiri. Bahwa teologi, mitologi, kepercayaan, tradisi, dan adat Jawa adalah masuk akal sering diabaikan, dianggap yang tidak-tidak. Oleh karena itulah, perlu pemahaman agar ada saling pengertian antarkomponen bangsa.

Apa pun anggapan orang tentang Kejawen, kenyataannya sejauh ini Kejawen sudah berhasil mengampu perjalanan masyarakat Jawa
sejak ribuan tahun yang lalu hingga kini. Maka Kejawen pasti memiliki sisi positif. Buktinya Jawa merupakan salah satu bagian bumi yang padat penduduknya. Posisi Jawa untuk Indonesia sangat penting. Pulau Jawa yang luasnya cuma 6 persen luas daratan Indonesia, namun menampung 60 persen penduduk Indonesia. Dengan demikian, jelas bisa dibuktikan bahwa situasi dan kondisi di Jawa sangat nyaman bagi umat manusia untuk berkembang biak dan bermukim.

Kenyamanan itu salah satu penyebabnya adalah sistem kemasyarakatan Jawa yang beradab serta tidak senang konflik. Sistem kemasyarakatan sudah pasti terbangun oleh adanya falsafah hidup masyarakat yang tidak lain kawruh Kejawen. Begitu rupa beradab dan berbudayanya Jawa sehingga di pulau ini ada peninggalan tempat melaksanakan ritual agama seperti Borobudur yang megah dan Candi Prambanan yang anggun. Indah dan populis

Yang sangat menarik adalah berkembangnya agama Islam yang tumbuh subur di Jawa sampai-sampai dinyatakan bahwa umat Islam terbesar dalam jumlah di dunia ini adalah Indonesia. Perlu diingat bahwa 60 persen penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam tinggal di Jawa. Ingat juga tradisi halalbihalal pada hari raya Idul Fitri yang dikembangkan dari tradisi sungkeman khas Jawa. Selanjutnya berkembang pula menjadi tradisi mudik yang khas Jawa. Makna hari raya besar Islam ini menjadi indah dan populis. Kalau dikatakan bahwa Jawa sebelum masuknya agama-agama dari Asia daratan merupakan "zero zone" budaya kiranya tidaklah masuk akal. Karena banyak produk budaya Jawa yang kemudian mewarnai kebudayaan- kebudayaan Hindu, Buddha, dan Islam. Di antaranya bangungan-bangunan candi dan masjid di Jawa yang khas dan tidak diketemukan di tempat asal agama-agama tersebut. Demikian pula produk kesenian Jawa berupa gamelan, wayang, seni tari, batik, dan lain sebagainya jelas merupakan asli Jawa yang mempunyai kualitas dunia.

Begitu kayanya ragam budaya Jawa yang merupakan hasil kreativitas masyarakat Jawa. Keragaman tersebut juga atas pengaruh kebudayaan pendatang sehingga tidak mudah menelusuri dan memilah serta memilih untuk menemukan yang asli Jawa. Namun begitu, masih bisa dikenali mengapa Jawa bisa menjadi media subur untuk tumbuh kembangnya agama-agama besar di dunia.

Meskipun cakupan falsafah Jawa atau kawruh Kejawen sedemikian luas meliputi seluruh aspek kehidupan, ada beberapa pokok pandangan Jawa yang bisa dijadikan wacana dialog peradaban dan budaya. Pandangan atau konsep dasar falsafah Jawa meliputi adanya Tuhan, jagat raya, asal-usul manusia, mitologi Jawa, tata peradaban dan laku budaya, tata penanggalan dan basa atau carakan Jawa. Berpijak pada konsep Jawa tersebut maka bisa dipaparkan sumbangan pemahaman dan pandangan atau paradigma baru tentang wawasan kebangsaan kita. Bahkan, besar kemungkinan untuk menopang tegaknya peradaban Nusantara di mata dunia.

Bahwa sampai saat ini peradaban dan budaya Bali telah mampu menundukkan hati nurani umat manusia seluruh dunia, maka Jawa yang memiliki akar peradaban dan budaya yang sama dengan Bali pasti mampu pula menundukkan hati nurani dunia. Kalau Bali diakui sebagai Pulau Dewata, maka Jawa bisa jadi Tamansarinya dunia.

Sabtu, 10 April 2010

Kalimat Aneh

Sebuah kalimat dari presiden pertama kita Soekarno yang sangat charming adalah "Saya dipuja sekaligus dicercah..." Didalam perjuangan sebagai presiden RI untuk exist diantara arena internasional dia pernah mengatakan dengan berani: "Go to hell with your aid..!" Membuat pemimpin-pemimpin negara barat menyeganinya. Di Belanda nama Soekarno lebih dikenal dari pada nama presiden RI yang lainnya. Soekarno memang dilahirkan di Jawa Timur dimana adalah biasa orang2 mengatakan sesuatu dengan apa adanya ditambah dia menikmati pendidikan dizaman Belanda. Dimana bukan kebetulan pepatah yang terkenal dari negara kincir angin adalah: “Eerlijkheid duurt het langst...” yang kalau diterjemahkan berarti kejujuran akan berlangsung lebih lama dari kebohongan...

Presiden lain yang juga terkenal dengan kecharmingannya didunia adalah John F Kennedy. Dalam kunjungannya ke Berlin dia mengatakan dengan berani: “Ik ben Berlinner...”, saya adalah warga Berlin ... dimana warga Berlin merasa terharu mendengarnya.

Sebuah kalimat memang mampu meyakinkan dunia namun juga sebuah kalimat mampu juga membuat kedasyatan jika kita ucapkan... seperti pada pertikaian antara RI & Malaysia ... “Ganyang Malaysia ...!”

Didalam setiap relasi untuk menjaga rasa sayang maka banyak orang-orang bijak memberi nasihat agar pada banyak kesempatan sebanyak mungkin kita tidak malu mengatakan kepada orang-orang yang kita sayangi bahwa kita mencintai mereka.

Tetapi disebuah relasi sebuah kalimat provokasi/kebohongan/fitna mampu menghancurkan semuanya. Kita diberi 2 telingah, 1 otak & 1 mulut artinya kita harus me milah-milah apa yang kita dengar & dengan otak kita kita sejogjanya mengolah apa yang kita dengar dengan bijak & mengatakan sesuatu dengan kebijakan & kebenaran...

Kalimat tersusun dari kata-kata jadi itulah kekuatan dari kata-kata. Mulut-mu hariamau-mu setiap kata yang keluar dari mulut kita itu ada tuahnya, self-fulfilling prophecy artinya apa yang diucapkan dengan mulut kita sebenarnya dapat menjadi ‘kebenaran’ dalam arti kebohongan yang menjadi kebenaran untuk diri yang mengucapkannya.

Hidup yang paling enak adalah bila kita tidur tiap malam & kita tau kita tidak membohongin orang lain ter lebih kita tidak membohongin diri kita sendiri.

Anak panah yang telah ditembakan, kata-kata yang telah diluncurkan... maka kita tidak mampu menariknya kembali... Seandainya terjadi perdamaian maka diibaratkan bila kita menancap sebuah paku didinding, pakunya bisa kita ambil namun lubangnya tetap membekas abadi...




Sabtu, 03 April 2010

Pajak Negeri Impian

Pajak di negeri impian itu dogmanya kewajiban
Karena wajib diundang-undangkan
Karena ber-undang-undang yang ngemplang dapat ditahan
Karena terancam tahanan petugas dapat beri gertakkan

Lalu yang lugu bayar seperti yang tertera
Yang licik dikorting dengan rekayasa
Yang tak lugu tapi tak mau rekayasa pun jadi perkara
Sengketa pajak pun masuk ke pengadilan prahara

Dan di sana-sini tahap perpajakan dapat ada oknum
Di penentuan besaran, di pemungutan,di sengketa beliau mengaum
Para wajib pajak bermasalah baginya bak buah anggur ranum
Yang siap dijilat,dikunyah, lalu disedot sampai vakum

Habis mau diapain lagi
Sudah dari jaman dulu pajak menjadi sumber utama belanja negeri
Makanya pemungutannya dibutuhkan undang-undang yang nakut-nakuti
Biar rakyat bergetar dan tuk menghindar tak berkutik lagi

Padahal bagi petugas ini semua hanyalah target tahunan
Ada harga minimal yang harus dicukupkan
Bila target terlewati mereka diberi tepuk tangan
Kalau target tak tercapai mereka kena cacian

Dan kalau target tahunan sudah pasti tercapai
Ngapain juga terlalu besar kelebihan disemai
Para pemungut mulai nego-nego dengan calon mempelai
Berunding berat mas kawin yang patut untuk damai

Maka sebagai wajib pajak impian semua harus pro aktif
Semua pemungut harus diusulkan gantian 1 tahun non aktif
Dimasukkan biara, pesanten atau panti rehabilitatif
Supaya imannya tumbuh dan gigi taringnya direduktif

Kalau wajib pajak hanya setorkan uang pasrah
Dan penggunaannya dilepas terserah
Rakyat negeri impian telah berdosa
Menjebak para priyayinya dalam neraka

Mari kawal uang pajak hasil keringat darah dan air mata kita itu
Dengan doa, dengan demo, dengan teguran bila terlihat buntu
Agar priyayi pajak tetap ingat Tuhannya dan lupakan hantu
Dan pajak berdarah-darah kita jadi bangunan bukan habis dihisap benalu



Jumat, 02 April 2010

Keep Eating, Keep Smooking

Di Indonesia, masalah utama kesehatan sangat related dengan rokok. Orang bilang Indonesia adalah syurga bagi perokok, saya membenarkan kalimat ini. Orang bisa merokok nyaris kapan saja dimana saja, di angkot, di kantor, dll, kita semua tahulah sehingga saya tidak perlu berpanjang lebar menggambarkan kebiasaan anak bangsa dan kita juga jangan terlalu heran bila sebagian besar masyarakat termasuk 'muslim' menentang pengharaman rokok oleh MUI.

Di Amerika, rokok bukan lagi issue menarik untuk dibahas, mungkin karena tingginya level pendidikan dan kesadaran kesehatan. Namun mungkin karena tidak merokok, mulut mereka malah diisi dengan makanan secara terus menerus dalam jumlah yang berlebihan. Jika kebiasaan orang Indonesia membuat mereka menjadi lebih kurus, kebiasaan makan orang Amerika membuat mereka mengalami kegendutan alias 'obesitas'. Seorang ahli kesehatan mengatakan bahwa obesitas tidak kalah bahayanya dengan merokok.

Dua kebiasaan makan ini tidak bisa kita lepaskan dari pengaruh media. Di Indonesia, iklan rokok berkeliaran dengan sangat bebas di layar kaca, dengan tema-tema iklan yang sangat menarik bahkan membuat image perokok sebagai pria perkasa, atletis, jantan dan disukai wanita. Jika ditanya lagi kita semua tahu bahwa image itu adalah bohong, tapi toh rokok tetap laris manis. Namun bila disimpulkan bahwa perokok adalah orang yang suka dibohongi mungkin mereka tidak terima.

Sebaliknya di Amerika, pola konsumsi yang berlebihan sangat identik dengan pola hidup mereka yang sangat dekat dengan layar kaca. Orang Amerika di kenal sebagai masyarakat pecinta televisi. Kebiasaan ini dilakukan dengan ngemil dan minum alkohol atau soda. Seorang peneliti menyimpulkan adanya kaitan adanya serangan jantung dengan lamanya waktu menonton.

Peran pihak industri rokok dan makanan sangat hebat, mereka tidak rela kehilangan konsumen. Walau rokok telah diharamkan tetapi mereka tetap eksis lewat segala macam cara agar rokok tetap dekat dengan kehidupan masyarakat. Demikian juga pihak industri makanan sangat gencar mengiklankan makanan-makanannya dengan kesan modern, bergizi, murah dan mewah sehingga yang gak makan dianggap kuno dan kampungan.

Well, merokok dan makan berlebihan, apalagi junkfood bukan lah budaya saya, saya tidak akan makan kalau belum lapar. Jika saya makan, tidaklah sampai terlalu kenyang.