Kamis, 03 April 2008

dEwi pErSik

Dewi Perssik dengan sombong mengatakan bahwa dia adalah seorang islam yang pernah nyantri, punya paguyuban kalimah syahadat, dan menyanggah keseronokannya dalam berjoget dan menyanyi di panggung di hadapan umum. Bahkan dengan pencekalan oleh pemerintah Tangerang dia dengan lagak “beragama” mengatakan bahwa dia bisa mengisi acara pembukaan sang walikota Tangerang setelah pilkada yang akan datang apabila walikota yang mencekalnya sekarang bisa menjabat kembali, dan bisa pula mengisi acaranya dengan pembacaan Alquran.

Sikap penentangan ini disampaikannya secara terbuka melalui media eletronik beberapa waktu lalu. Seorang yang selalu tampil seronok di atas panggung ini mengatakan bahwa dia seakan-akan seorang yang tahu benar definisi “beragama”, hanya dengan pernah nyantri dan punya paguyuban kalimah syahadat. Orang bilang inilah yang disebut STMJ (shalat tekun maksiat jalan). Artinya bahwa keberagamaannya hanyalah sekedar sampul, karena kenyataannya berisi kemaksiatan dan selalu menjalankan kemaksiatan.

Nah, dengan embel-embel pernah nyantri dan sebagainya inilah yang dipakai sebagai pembenaran sikap-sikap yang sebenarnya masuk kategori jelek, tabu, tidak etis, dll, akhirnya dijadikan hal yang etis, diaggap pantas, dan beradab. Seorang yang pernah nyantri atau pernah mengucapkan kalimah syahadat belum tentu kemudian berlaku benar dan bebas dari sikap maksiat, semua ini kembali kepada permasalahan utama yaitu hati dan hidayah dari Allah. Meskipun telah nyantri selama ratusan tahun dan mengucap kalimah syahadat jutaan kali kalo nggak ada kesungguhan dan totalitas di hati untuk menjalankan agama, yaaaa... gitu deh, malah akan jadi perusak agama. Mending kalo yang rusak hanya diri sendiri, lha kalau seperti mereka ini yang selalu bergoyang erotis dan berpakaain seronok di hadapan umum bahkan anak kecil bisa menonton lewat TV, maka yang rusak ratusan hingga ribuan orang dari generasi sekarang maupun yang akan datang. Kalo yang sekarang aja sudah begitu rusak apalagi generasi berikutnya. Wooooww......bayangkan itu........

Kembali lagi kepada pernyataan sang penyanyi (DP). Jika diperhatikan telah secara gamblang bahwa dia mengkerdilkan arti Tuhan dan beragama. Tuhan dia anggap sekedar formalitas dan simbolisasi seperti bersyahadat dan membaca Alquran. Kalau sudah bisa membaca Alquran dianggapnya sudah selesai dan ketika menjalani kehidupannya sehari-hari dan bekerja maka kesenangan dan uang yang berkuasa, Tuhan sudah ndak ada lagi. Atau mungkin menjalankannya bersamaan, sebelum tampil berpakaian minim menggoda lelaki dan berjoget erotis maka berdoa dulu. Ya sama saja seperti seorang penjudi berdoa sebelum main atau sambil minum madu juga minum racun dan menyebarkan racun.

Artis yang semacam ini sangat banyak, terutama yang selalu tampil seronok tapi tidak mau dikatakan seronok. Dengan musik dan konser yang katanya “merakyat dan untuk rakyat”, merekapun menyebarkan penampilan yang panas dan sangat menghibur. Ya karena itu, berpakaian seronok, berjoget erotis, dan tujuannya bukan sekedar menghibur, tapi merusak. Tidak lagi di kota besar, tapi ya “merakyat” itu tadi sehingga merusaknya di desa-desa, sehingga adat di desa-desapun makin rusak, kejahatan di desa makin merajalela, pemabuk, sabu, ganja, sekarang tidak sekedar di kota tapi turut ke desa. Ketika ada orang berusaha mempertahankan adat dan akhlaq yang baik dan menentang penampilan yang tidak etis tersebut, maka artis semacam DP beramai-ramai menantang, katanya batasan erotis dan seronok kan nggak jelas, belum ada undang-undangnya, inikan masih dalam adat dan belum telanjang (padahal sudah berpakaian minim, ketat, tidak beradab, sama saja dengan telanjang), dan sebagainya.

Salut buat Walikota Tangerang yang mencekal benih-benih kerusakan moral dan pornoaksi semacam itu. Semoga para alim ulama dan pejabat daerah lainnya segera mengikuti tindakan-tidakan pengamanan semacam ini. Jangan sampai sikap permisif yang melanggar norma adat maupun agama dibiarkan berlarut-larut. Agama dipakai untuk memperbaiki akhlaq dan tingkah laku manusia, apalagi negara kita Indonesia berdasarkan Pancasila yang didahului dengan “Ketuhanan yang Maha Esa” dan berarti pula bahwa Tuhan itu dinomorsatukan. Jika berkehidupan tanpa mendasari sikap kita dengan batasan yang telah ditentukan Tuhan, berarti kita telah melanggar aturan Tuhan dan juga Pancasila.

Maka, sangat baik kiranya jika para tokoh agama bangkit menjawab tantangan para perusak moral di negara ini. Jangan diam dan membiarkan sikap hidup permisif berkuasa dalam generasi ini. Saat ini sudah sedemikian rusak, apalagi 10 tahun atau 20 tahun lagi, kalau para perusak moral tetap dibiarkan bisa jadi negara ini akan kembali ke dalam zaman kegelapan tanpa agama.

Semoga bermanfaat dan teguhkan iman kita untuk menata negara ini lebih baik lagi. Amin.

2 komentar:

  1. Dewi Persik memang amat sangat arogan. Semoga Allah SWT memberi hidayah kepadanya

    BalasHapus
  2. saya juga senyum-senyum dengarnya mas... tong kosong nyaring bunyinya... klo dulu dia ngantri, berarti sekarang murtad dunk..he..

    BalasHapus