Selasa, 17 Agustus 2010

Makna 17 Agustus 2010

Saya kok sudah tidak mengerti lagi makna dari 17 Agustus, terkecuali cuma mengerti bahwa hari ini adalah tanggal dimana Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia mengatas namakan Rakyat Indonesia. Selebihnya ya seperti hari-hari biasa, satu yang pasti adalah “YESS Hari Libur Lagi”

Makna tanggal 17 Agustus buat setiap orang pasti berbeda-beda.

Nah, itulah yang akan saya bahas sekarang :
  1. Untuk anak yang belum sekolah. Anak-anak yang belum mengalami masa sekolah berpikir 17 Agustus adalah perlombaan. Dimana mereka bisa mendapatkan hadiah buku tulis, pensil berwarna biru becampur hitam, penghapus,rautan yang berwarna-warni, dan mungkin ada cash money dari panitia. Masa-masa seperti mereka hanya ada kegembiraan menyambut 17 Agustus. Apalagi ketika menjadi juara 1, rasanya seperti memenangkan Piala Dunia saja.
  2. Anak SD. Upacara bendera yang bosen dan sucks, berdiri selama sekitar 1 jam, dan berpura-pura khidmat di antara barisan sambil sesekali ngobrol. Tidak lupa jeweran pak guru ketika ketahuan ngobrol. Setelah itu, baru mereka memikirkan perlombaan!
  3. Anak SMP. Lagi-lagi Upacara bendera. Kali ini lebih banyak yang mengikuti dibandingkan saat SD dulu. Tidak jarang banyak yang jatuh pingsan karena terlalu lama berdiri dan dibopong anggota PMR atau PRAMUKA yang justru lebih nyaman untuk jalan-jalan di sekitar area upacara. Dan yang membuat ngiri lagi, saat anggota PMR itu dengan tenangnya ngobrol! Itulah sebabnya aku ga pernah suka dengan kegiatan PMR, (cuma PMR).
  4. Anak SMA. Upacara bendera terus. Tapi setelah upacara bendera ada yang dinanti anak muda jaman SMA, ada acara pentas seni. Jadi setelah upacara bendera langsung main band.
  5. Anak Kuliah. Liburan! Dan itu berarti ada waktu yang sangat panjang untuk menikmati hari-hari bersama pacar. Atau, menjadi panitia 17 agustus yang sibuk mengurusi hadiah, lomba, dan cerewetnya ibu-ibu yang ingin anaknya menang.
  6. Pekerja Negeri. Upacara lagi. Tapi walaupun upacara hampir dua jam (plus gladi resik), tapi ada yang disukai sehabis upacara. Potong tumpeng dan makan-makan satu kantor. Jadi hitungannya dapat makan pagi plus makan siang dibungkus.
  7. Pekerja Swasta. Liburan! Santai di rumah, menonton tv dan tidur!

Bagaimana denganku?

Saat terakhir saya merasakan getaran kebanggaan itu ketika melihat Piala Asia dua tahun kemarin, saya masih bisa merasakan sedikit kebanggaan saya sebagai orang Indonesia. Selebihnya kembali seperti semula.

Tanggal 17 Agustus bagiku memang tidak jauh berbeda dengan hari-hari libur lain. Tidak Nasionalis? mungkin saja. Tapi apa yang bisa kita lakukan? Ikut Upacara? Oh, terima kasih.

Jadi mungkin aku akan menaklukkan dunia maya dengan browsing teruz sambil chating yang tidak ada habisnya dan bila sudah bosan berlanjut dengan tidur.

Bagaimana denganmu?

8 komentar:

  1. Mesakno tenan nasibmu leeee... leeeee....!!!! =))

    BalasHapus
  2. Mas, untung diriku liburan.. jadi gak pake upacara-upacara.. sing penting aku hayati dan implementasikan arti kemerdekaan ini..

    BalasHapus
  3. hahaha setuju ! tapi saya biarpun udah kuliah tetep upacara di makam pahlawan dan grahadi :p

    BalasHapus
  4. ngekel aku moco,,, hahaha...
    salam kenal bro,..

    BalasHapus
  5. aku malah gak mikir sing sakmono ... penting libur, biso turu sak kesele hahaha. Soal nasionalisme, tenang Man... kita punya cara sendiri-sendiri koq, tidak harus dengan mengikuti upacara.

    BalasHapus
  6. 17an,,,??? ga ikut upacara dgn alasan 'panas'. ga ikut lomba dgn alasan'dah gede'. ga ikut jd panitia dgn alasan 'males'...masih banyak yg berpartisipasi ini,, hehehehe..
    sante ae.... nongkrong di depan komputer dengerin musik...

    BalasHapus
  7. 17an...18an...19an...gak ada bedanya. Upacara bagiku hanyalah sebuah ritual yang perlu dipertanyakan manfaatnya. Nyatanya yang sering menindas rakyat ya.. yang sering ikut upacara itu juga... :P

    BalasHapus
  8. dulu pas SD sering dengar guru bicara.. kalau g upacara g nasionalis... apa Nasionalis=upcara??? upcara hanya sebatas pelengkap saja, kebiasaan tanpa makna... dan apa benar kita merdeka?? rasane udah kena NEO koloNialisme iki

    BalasHapus