Rabu, 30 Maret 2011

Nuklir vs Bom Hijau

"Buat tabung gas 3kg saja nggak becus apalagi mau membuat reaktor nulkir"

Begitu rata-rata komentar banyak orang tentang isu PLTN yang sekarang terus bergulir. Banyak orang yang menganggap bahwa pendirian PLTN tak lebih dari akal-akalan pemerintah untuk mencari ladang korupsi, dsb, dsb, dsb.

Padahal, kalau kita mau untuk sejenak saja tidak bernegatif thinking, apa sebenarnya yang membuat tabung gas 3 kg banyak yang meledak ?

Ya... itu karena 2 faktor. Pertama, pengoplosan ilegal serta kelalaian pribadi. Sebagaimana yang sudah ditegaskan oleh Pak  JK (Jusuf Kalla) sebagai konseptor tabung gas, bahwa tabung gas elpiji dibuat hanya dari bahan buatan krakatau steel sebagai produsen terbaik nomor 1 se-dunia. Jadi kalaupun ada yang meledak, bukan karena bahan yang dipakai murahan, tapi karena faktor yang telah disebutkan di atas.

Kenapa pengoplosan ilegal bisa marak ? Itu sesuai dengan hukum pasar, ada barang ada permintaan. Masyarakat enjoy dengan harga tabung gas yang lebih murah dari semestinya, bahkan mereka memang suka dengan yang murah-murah. Padahal bisa jadi tabung gas tersebut telah diakali, misal dikurangi isinya. Bagaimanapun juga yang namanya pedagng itu pasti tidak mau rugi.

Kelalain pribadi pun banyak berperan. Misal, tidak mengidahkan aturan aman pemakaian serta peletakan tabung gas, atau tidak mengganti regulator secara berkala.

Dimana letak kesalahan pemerintah ? Pemerintah tidak bertindak tegas terhadap pedagang gas yang nakal dan dari zaman dulu, kelemahan pemerintah kita selalu ada pada pengawasan dan penegakan hukum.

Kembali ke nuklir, kenapa nuklir ? Bukan energi alternatif yang lain. Saya pribadi sangat setuju dengan seorang ilmuwan yang jadi narasumber pada acara 'Apa Kabar Indonesia Malam' yang saat itu menghadirkan 3 orang. Saya lupa siapa.siapa-nya, tapi yang pasti ada unsur ilmuwan PLTN, unsur pemerintah dan mantan menteri.

Statemen yang saya setujui dari ilmuwan tersebut adalah "cepat atau lambat, dunia mau tidak mau harus melirik nuklir sebagai energi alternatif".

Kenapa tidak energi dari tebu, misalnya. Sebab tebu itu terkait dengan banyak sekali variabel. Dia adalah tanaman yang terikat pada masa tanam sekian bulan atau sekian tahun, dia juga terikat musim, hama, cuaca. Selain itu juga berapa juta ton tebu yang kita butuhkan untuk kebutuhan energi dalam negeri ? Yang berarti kita harus memikirkan ketersediaan bahan baku. Apakah akan dipasok dari petani, menanam sendiri secara organik ataukah mengimpor. Kebutuhan jumlah tebu yang besar pun berarti berbading lurus dengan ketersediaan lahan pertanian, padahal ketersedian tanah di indonesia semakin lama semakin berkurang. Haruskah kita mengorbankan hutan-hutan kita guna disulap menjadi ladang tebu ? 

Jika yang kita bicarakan adalah skala kecamatan atau kabupaten, memang mudah, tapi ketika bicara tentang seluruh indonesia, maka realisasinya akan sedikit sulit.

Bagaimanapun dari sekian banyak energi alternatif, nuklir memiliki keunggulan paling banyak. Nuklir akan menekan harga BBM yang berarti juga menekan harga pangan serta transportasi dan jika energi nuklir berpadu dengan pemerintahan yang bersih dan pro-rakyat, maka tidak akan ada lagi ceritanya, masyarakat gonjang ganjing setiap kali BBM akan dinaikkan atau subsidi akan dicabut. 

Bagaimana dengan tragedi Nuklir di Jepang ? jepang saja kewalahan, apalagi Indonesia.

Kalau menurut saya yang awam, kejadian di Jepang itu bukan karena human error. Tapi dia karena faktor Tuhan alias takdir. Siapa yang menyangka akan terjadi gempa sebesar 8,9 SR. Mohon dikoreksi, saya kira, gempa jepang adalah gempa terbesar di dunia.

Lebih lanjut, tragedi jepang seharusnya tidak membuat manusia menjadi takut. Tapi justru membuat manusia lebih survive dan lebih cerdas. Pun bagi Indonesia, kejadian di Jepang seharusnya tidak membuat Indonesia menjadi gagap dan takut melangkah ke masa depan lantas mundur kembali ke zaman purba atau kembali menjadi konsumen energi fosil, sebaliknya.. kejadian di Jepang harus menjadi catatan evaluasi tersendiri apabila ingin mendirikan PLTN. 

Bahwa, ilmuwannya harus benar-benar mumpuni, idealis, asli ilmuwan (yang hanya peduli pada kemakmuran umat manusia saja) dan berintegritas tinggi. Reaktor nuklir yang kelak dibangun juga harus memungkinkan tahan gempa (bahkan) sampai 9, sekian SR. Juga harus ditempatkan di lokasi yang paling aman dari bencana alam, serta dipisahkan dari perkampungan penduduk sekian puluh kilo meter guna meminimalisir efek buruknya.

Indonesia pun harus memikirkan langkah evakuasi yang efektif dan efisien apabila faktor Tuhan terjadi.

Tapi sepertinya untuk tahun ini Indonesia belum siap untuk PLTN. Pemerintah harus terlebih dahulu membenahi birokrasi, serta orang orangnya sehingga tidak lagi terdengar masalah dibidang evaluasi, pengawasa, serta penegakan hukum. 

Pemerintah pun masih banyak PR, tabung gas, KKN, mafia pajak, century, kemacetan, TKW, harga pangan, perbatasan indonesia, wikileaks, dsb...

Selain itu yang paling mengkhawatirkan adalah masyarakat kita sendiri. Baut suramadu saja dicuri ! belum lagi besi rel kereta api, besi dan pagar PLN, bahkan alat pendeteksi tsunami pun dicuri.

Jangan sampai nanti ada kabar, selang reaktor nuklir telah dicuri oleh masyarakat... 

 

Posted via email from luxsman

1 komentar:

  1. yap!
    Jangan lupakan juga, DAMPAK RADIASI nuklir yang juga SANGAT berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan,Kanker, keguguran pada ibu hamil yang terkena radiasi, kecacatan pada bayi, mutasi gen pada janin yang bisa menyebabkan ke-abnormalan fisik,dsb. Untuk itu saya sepakat jika sebelum melakukan pendirian PLTN, perlu dipersiapkan mental,ilmu,dan pemahaman berbagai pihak pemerintah dan masyarakat terkait keuntungan dan kekurangan PLTN, sehingga harapannya ketika terjadi bencana seperti di Jepang atau Rusia yang mengakibatkan bocornya Nuklir, dengan cepat dan tanggap dapat segera diatasi, tanpa harus saling menyalahkan.

    BalasHapus