Kamis, 10 Februari 2011

Valetinen Day, Hari Raya Latah

Mall, supermarket dan pusat hiburan elite dihiasi dengan pernik-pernik yang serba pink dan biru muda, dengan ragam bentuk mulai dari pita, bantal berbentuk hati, boneka panda, atau rangkaian bunga. Para remaja merayakannya dengan saling berkirim kado istimewa, kartu kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupid bersayap juga sms yang berisikan pesan cinta dan sayang. Itulah panorama 14 Februari, hari kasih sayang, disebut dengan Valentine Day (perhatian: akan lebih bagus jika tidak di-indonesiakan dengan ‘Hari raya Valentine’).

Anehnya, kalangan Barat sendiri mempertanyakan akar historisnya. Sebagian mengakaitkannya dengan kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. Sebagian menganggapnya sebagai sebuah hari raya Katolik Roma yang berasal dari artikel Santo Valentinus.

Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus paling tidak bisa merujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna (modern Terni), dan seorang martir di provinsi Romawi Africa.

Masih menurut Catholic Encyclopaedia, koneksi antara ketiga martir ini dengan hari raya cinta romantis tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius II, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Konon, Paus Gelasius II sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.

Pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, beredar kepercayaan bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali produksi kartu ucapan secara massal. The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS), sebagaimana dikutip Wikipedia, memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu milyar kartu valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat Valentine Day menjadi hari raya terbesar kedua setelah Natal.

Pada tahun 1969 hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.

Hari Valentine kemungkinan diimpor oleh Amerika Utara dari Britania Raya. Di Amerika Serikat kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar dan ia mendapat ilham untuk memproduksi kartu dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. (Semenjak tahun 2001, The Greeting Card Association setiap tahun mengeluarkan penghargaan “Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary”.) Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan (dan menngeruk keuntungan, tentunya)..

Sejak itulah tradisi perayaan Valentine Day mendunia dan menrejang tradisi dan budaya serta agama di Asia dan Afrika. Di Iran dan Saudi Arabia hari raya Valentine hanya dirayakan oleh orang-orang Kristen. Di Malaysia orang Melayu mengecamnya. Di Indonesia, budaya yang berbasis dari teologi Kristen ini disambut dan dirayakan tidak hanya oleh kalangan Kristen, namun dirayakan oleh sebagian umat Islam, terutama oleh kalangan modern lapisan ekonomi menengah ke atas. Beberapa tahun terakhir peryaan hari Valentina ini makin semarak berkat globalisasi yang kian tak terbendung yang menciptakan pergesaran nilai dan perubahan orientasi gaya hidup. Bukan hanya sinema, pub dan cafĂ© yang menanjikan hiburan khusus Valentine, stasiun-stasiun televisi jauh hari telah mengiming-imingi pemirsa dengan tayangan-tayangan spesial mulai dari film romantis import sampai komedi lokal yang biasanya konyol dan jorok. Alhasil, semua pihak ‘yang berkepentingan dengan penduniaan Valentine’ cukup bekerja keras.

Menurut rumor yang sangat santer, pada hari itu, gerbang susila dan moral agama, yang sebelumnya sudah terbuka, dibuka lebih lebar. Banyak gadis, termasuk di sejumlah kota besar di Indonesia, mempersembahkan keperawanannya sebagai bukti cinta kepada pria kecintaannya.

Islam tentu tidak menentang orang bergembira apalagi berbagi kado kepada orang yang amat dicintai, bahkan menganggap setiap hari, sebagai hari cinta. Namun prilaku ‘latah’ meniru tradisi bangsa lain, apalagi akar sejarahnya tidak jelas sungguh bertentangan sikap ‘menghormati diri sendiri’ yang sangat ditekankan dalam akhlak, sebagaimana diajarkan oleh Nabi. Allah melarang kita bertindak latah dalam firman-Nya, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawaban (QS Al Isra’ : 36)”

Di tengah situasi negeri yang sangat murung ini, saling berbagi kado antar orang kaya tentu akan terasa lebih menyakitkan. Bukankah lebih bijak bila biaya asesoris yang mewah dan mubazir itu dijadikan sebagai dana sumbangan untuk korban banjir lahar dingin gunung Merapi yang menggigil kedinginan? Tentu warga di sekitar Kali Putih Magelang mengutamakan nasi bungkus ketimbang bantal pink yang berlambang hati. “Jangan baca puisi di hadapan orang yang lapar,” kata pepatah

2 komentar:

  1. apakah di hari palentin nanti dirimu bakal ngasih aku cokelat lagi seperti palentin taun lalu?? #lmao #mdrcct

    BalasHapus
  2. agak OOT:
    ndak ada salahnya bergembira di hari palentin,
    “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. "
    nah, skg kan sudah jamannya informasi, pengetahuan terbuka lebar, bebas, skg hampir semua orang tau sejarahnya, salah satunya ya sumber blog ini. jadi ya gpp diikuti. klo dulu ya wajar, karena sumber informasi masih simpang siur, makanya ga boleh. sudah ga usah didebatkan lagi.. haram itu kan bagi yg mengatakan haram dan nggak suka terhadap hal tsb. klo ada bbrp orang yg suka, itu kan hak dia kan? selama dia ga merugikan orang lain. malah bikin untung, nambah penghasilan ibu2 yg jualan coklat, penjual bunga, pabrik boneka, dll, malah memberi penghasilan tambahan yg bs utk menghidupi keluarga.

    BalasHapus