Sabtu, 11 April 2009

"Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit" Resensi Buku


Inilah buku yang saat peluncuran langsung menuai komentar dan kontroversi, utamanya bagi pihak-pihak yang bersinggungan dengan isi buku, antara lain capres dari Partai Gerindra, Letnan Jenderal TNI Purn Prabowo Subianto dan capres dari Partai Hanura, Jenderal TNI Purn Wiranto.

Sintong Hamonangan Panjaitan, adalah sosok Jenderal yang menjadi orang kepercayaan mantan presiden BJ Habibie ini. Pengalamannya yang banyak berkisar pada operasi tempur mulai dari penumpasan Kahar Muzakar di Sulawesi, Operasi Anti Teror Woyla di Bandara Don Muang serta penumpasan gerilyawan Paraku di Kalimantan Utara dimana dia membawahi beberapa sosok populer di militer Indonesia membuatnya menjadi sosok yang cukup layak diperhitungkan.

Dalam membaca buku Sintong untuk bagian kerusuhan Mei 1998 ini memang tidak akan lengkap jika kita sebelumnya belum membaca buku BJ Habibie, “Detik-Detik yang Menentukan”, Buku Wiranto “Bersaksi Ditengah Badai” dan buku Kivlan Zen bertajuk “Konflik dan Integrasi TNI AD”.

Yang menarik dalam salah satu bab buku ini adalah adanya kisah mengenai Prabowo Subianto saat masih menjadi Kapten di Kopassus dan menjadi anak buah Letjen Purn Luhut Panjaitan (mantan Menteri Perindustrian dan Dubes RI di Singapura), yaitu tentang rencana Prabowo menangkap LB Moerdani dengan dugaan kudeta terhadap Presiden Soeharto. Kisah ini menarik karena melatar belakangi permusuhan antara Prabowo dengan orang terkuat kedua di Indonesia dimasa tahun 80-an tersebut. Kisah ini juga menarik karena bisa menjadi rujukan mengapa LB Moerdani yang menjadi orang kepercayaan presiden Soeharto tiba-tiba terpaksa dicopot dari posisinya sebagai Panglima ABRI dan digantikan Jenderal TNI Try Sutrisno menjelang Sidang Umum MPR 1988.

Bagi penggemar buku militer dan kisah-kisah TNI, buku Sintong Panjaitan ini cukup layak dikoleksi. Paling jadi tambah bingung mengenai siapa yang benar dan siapa yang salah dari orang-orang yang berperan dimasa kritis Mei 1998.

HArga buku ini kalau di Tb GRAMEDIA IDR 86000, kalau di Tb URANUS diskon 20%, sedangkan di Tb TogaMas ada promo diskon 30% menjadi IDR 60200

"Pelajari sejarah perjuanganmu dimasa lalu agar kamu tidak tergelincir di masa depan"




33 komentar:

  1. cuman ngrasani aja, tapi nggak jadi perang yo nggak menarik kalo saya... wakakaka.... thanks infonya...

    BalasHapus
  2. sejarah dan pergolakkannya, memang dari persoalan buku kiri jadi budaya pop, yang saling menerjang, yang terjadi adalah pembingungan publik

    BalasHapus
  3. Konon frakmen2 penting dlm Kesaksian Sitong di TV ONE slalu diganti iklan komersil atas 'teror' prabowo. Jika tdk ditimpa iklan maka seluruh iklan gerindra di TV tsb dicabut. Ahirnya hukum ekonomi industri bicara. Siapa yg mau rugi jika seluruh iklan partai ditarik ownernya. Maka smkn terpeliharalah rahasia2 (demi kebohongan publik)

    BalasHapus
  4. menarik sekali untuk diikuti sebenarnya agar kita menjadi tahu sejarah dari berbagai sudut pandang tidak seperti saat orde baru sumber sejarah hanyalah dari penguasa.

    BalasHapus
  5. cerita dari seorang tentara itu seperti cerita dari seorang psikopat. sulit dibedakan mana yang riil dan mana yang khayalan.

    BalasHapus
  6. wah.. apik iki ketokane!!...

    BalasHapus
  7. pro dan kontra harus selalu berdampingan...

    BalasHapus
  8. bagus juga nih kynya bukunya...

    yang saya herankan sekarang kok bnyak perwira yo yang mo jadi presiden...

    BalasHapus
  9. kapan aku dapet pinjeman buku ini?

    BalasHapus
  10. eggak ngerti soal politik ....

    hihihi ....

    *pengen cument ajah mas*

    BalasHapus
  11. wah resensi buku yang sangat mantabbb... kapan bisa pinjam? hehe..

    BalasHapus
  12. sungguh menark jika aku dikasih gratisan...

    BalasHapus
  13. karena banyak yang request,
    biaya sewa buku bisa dipertimbangken

    BalasHapus
  14. ketoke apik,, tapi koq larang?? lagian TA yo durung mari, ga ngiro sempet moco ketoke,,, hehe

    BalasHapus
  15. menarik nih bukunya.. :)

    tapi sama kayak yang diatas saya, lagi konsen (pusing) TA dl ahh.. :D

    BalasHapus
  16. sekarang Indonesia memang sangat membutuhkan orang-orang yang kritis. tapi kritis dengan bukti-bukti yang kuat. untuk mengungkap borok-borok masa lalu. demi mencapai Indonesia yang sejahtera, merdekaa!!

    BalasHapus
  17. waduh nek iling muzakar, kok iling biyen pas jenengku disalah gunakan menjadi mudzakar!!

    padahal khan asline mudzofar!!

    emangnya saya ber"buah" apa???

    hag hag hag...

    BalasHapus
  18. Walaupun sebetulnya sangat menarik, saya paling eneg kalau baca buku2 tulisan mantan tentara...

    BalasHapus
  19. Wah kayaknya perlu dibaca nih,,,

    BalasHapus
  20. wah buat Om Andy, sing nulis HENDRO SUBROTO, bukan Pak Sintong Panjaitan...........

    BalasHapus
  21. sejarah... ya kadang kelabu..tergantung tendensi nyang nulis

    BalasHapus
  22. Ngga penting soal yg benar atau salah, yg penting adalah tahu sejarahnya saja.
    Iya tohh..
    :)

    BalasHapus
  23. kenapa mesti bnun sob,...si sofia aja bisa ngerti mksd dan tujuan cerita anehku,...hehehehehe,..

    BalasHapus
  24. ,wah....klo buku kayak gitu gak tertarik aku..........

    BalasHapus
  25. mau donk..
    pinjem bukunyaaa

    heheh

    makasih udah komen di blog-ku juga

    tukaran link yuk?

    regard,
    BELLA
    bukan nyai dasimah
    hehe

    BalasHapus
  26. pertamaxx dulu salam kenal bosss

    BalasHapus
  27. lepas dari tudingan ada upaya "perusakan citra" prabowo yg tengah memburu kursi capres. buku ini menarik karena kian membuat terang faksi-faksi di tubun TNI.

    BalasHapus
  28. buku2 semacam itu agaknya memang menarik utk dibaca, mas luqman. namun, agaknya juga seringkali digunakan utk menjustifikasi dan alat apologis penulisnya. mudah2an dugaan saya salah. pasca-penerbitan buku ini, jangan2 prabowo nanti juga bikin buku baru utk men-counter-nya, hehe ....

    BalasHapus
  29. Tiap sejarah aku rasa punya sudut pandang sendiri sendiri, tergantung disisi mana sang tokoh berdiri.
    Pak Sintong dan juga para mantan prajurit lainnya, bisa dikatakan punya gaya yang sama. Mereka selalu "meledak" sesudah didapuk jadi purnawirawan.
    Entah, apakah semasa dinas aktif, tak boleh ada makhluk yang bernama demokrasi tumbuh ditangsi. Atau mungkin memang red codenya seperti itu.
    Yang jelas dalam membandingkan kisah para tokoh, aku hanya pinjam ungkapan agen Mulder : kebenaran mungkin ada diluar sana............

    BalasHapus
  30. versi A vs versi B
    versi B vs versi C
    versi C vs versi D
    versi D vs versi A

    BalasHapus