Kamis, 25 Juni 2009

Kebudayaan Indonesia

Budaya komunal adalah budaya berkelompok yang menjadi ciri-dari bangsa indonesia.

Tetapi problem-nya adalah budaya komunal itu susah menerima perbedaan dan perubahan. Dan bila ada yang beda akan di cemooh, di katai, di gebuki, di intimidasi supaya sama. Padahal perbedaan itu adalah hakekat kehidupan. (Ini menjadi sebab, mengapa murid-murid setiap tahun bisa mengondol emas kejuaraan sains dimana-mana. Tapi indonesia tidak maju-maju, karena masyarakatnya susah mentoleril perbedaan dan perubahan.)

Budaya ini begitu mengakar, tanpa sadar hingga masuk ruang publik hingga privasi. Contoh bila kita ketemu teman maka tanpa kita sadar kita langsung mengintrogasinya. Ngak tanya kabar orangnya dulu langsung.... "dari mana?" atau "mau kemana", "ngapain aja", "sedang apa" dll. Dari budaya dari petatah-petitih : Mangan ora mangan kumpul (kan harusnya usaha), Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh (kalau cerai harusnya sudah tidak memaksa!), dll.

Bila ada musik yang berbeda sama selera, seperti kangen band contohnya... Lagunya biasa lah, Jeleklah.. malah ada mukanya jelek (padahal dengar pake kuping?)... Padahal kuping-kuping sendiri, Cd beli sendiri..., tidak minta juga sama kita. Kalo tidak suka ya sudah jangan dengar kan bisa.

Budaya komunal ini (diwariskan oleh kasta india , budaya kita dari india, dikembangkan selama 350th oleh belanda) membuat kita cuma berani sama yang lebih minoritas. FPI pada kasus ahmadiyah contohnya: berani FPI menindak Ki Joko Bodo, Paranormal Permadi, Glodok (blue film), Gang Dolli, Ngebor, Ngecor, Nembok, Ngubin dll ?. Tidak.. cuma berani di kaki lima, Cafe pingir jalan, musola kecil Ahmadiyah...

Dari ranah agama, kebebasan beragama itu dijamin undang-undang. (tidak usahlah bicara siapa yang benar karena yang menilai tuhan nanti) Kita bicara hak dasar. Kalau soal benar, tahun kemarin saya nonton dangdut 17-an yang panitia jilbab, yang nonton pak haji, terus artisnya joged erotis , terus si jilbab ikut goyang juga...sampai aku bingung. Atau lagi fenomena sadolen-dolen, yang lebih tepatnya disebut striptease pada kawasan tapal kuda. Tidak ada yang menindak, bahkan baru baca jadi ada acara dangdutan, goyang erotis didepan masjid dan semua diam... Dan banyak lagi contoh lainnya Inul..(malah didukung ulama besar Gusdur untuk terus mengebor!!!!). Jadi kalau alasannya kesalahan atau kemudrtadaan itu salah, budaya kita yang harusnya dikoreksi.

Musyawarah untuk mufakat maka ketika semua mufakat untuk salah maka menjadi benar. Maka musyawarah menjadi kebenaran mengalahkan kebenaran itu sendiri, asal sama-sama. Jadilah korupsi berjamaah, mental lemah (kalau lain males kenapa kita rajin?).

Perubahan dan perbedaan itu hal yang alami, kita tidak bakal bisa menolak perubahan.
Mari kita latih diri kita untuk bisa menerima perubahan itu.
Tak perduli siapa... bersahabatlah dengan perbedaan dan perubahan mengalirlah..., karena airpun akan menjadi berpenyakit dan bau bila diam

tingalkanlah budaya lama yang menyesatkan dan membuat kita terlena,
karena dunia berubah begitu cepat dan kita telah amat jauh tertingal...

7 komentar:

  1. Kalau kita belajar budaya suatu daerah dan kita memahaminya, tentu kita tidak akan merasa dicampuri urusan kita karena kita tahu bahwa itu "hanyalah sekedar say hello" jangan dimasukin ati
    Kalau memang memahami orang lain ada yang nggak suka, yaa pahamilah mungkin kita juga nggak suka dengan yang orang lain suka.
    Saya di kantor masih ada yang ngrokok, mungkin dia berfikiran wong mulutku sendiri, paru-paruku sendiri, rokokku sendiri, duwitku sendiri tapi apa dia nggak pakai otak kalau udara yang tercemar gara2 asap rokok berakibat tidak baik bagi orang lain?
    Jadi apa yang kita anggap baik blm tentu benar dan menghargai perbedaan adalah bentuk kedewasaan seseorang

    BalasHapus
  2. Andai Semua mempunyai pola pikir seperti anda, alangkah indahnya dunia ini..

    salam
    Love for All Hatred for None

    BalasHapus
  3. padahal perbedaan itu indah lho man....

    tapi kenapa perbedaan selalu menjadi pemicu masalah di negara ini

    kwesel aku mikir iku

    BalasHapus
  4. jaman memang sudah semakin sulit di nalar, tapi apa gunanya juga kalo nantinya malah kehidupan pribadi terganggu...

    BalasHapus
  5. membingungkan..penuh dengan ketidakjelasan..

    BalasHapus