Jumat, 25 September 2009

Sekolah Negeri vs Sekolah Internasional

Sekolah negeri saat ini memang kalah bersaing dengan sekolah-sekolah swasta khusus sekolah international yang saat ini tumbuh pesat di negeri INDONESIA ini.

Sistem manajement yang sangat konvensional dan kuno adalah penyebab kalahnya persaingan ini. Sekolah negeri selama ini disibukkan dengan mencari perhatian pemerintah tetapi lupa untuk meningkatkan kualitas pengajar dan anak didiknya. Saat ini ada sekitar 1.4 juta guru di seluruh Indonesia. Pemerintah memang menjanjikan pendapatan yang lebih baik bagi mereka namun sayangnya janji ini belum dilaksakan. Guru sendiri nampaknya lebih focus menagih janji tersebut ketimbang memperbaiki kemampuan akademiknya.

Di sekolah international, seorang guru harus memilik berstandar international yang dibuktikan dengan sertifikat mengajar berlevel international. Di sekolah swasta, guru yang diangkat adalah orang-orang yang memiliki keilmuan lebih. Di sekolah negeri pengangkatan guru masih menggunakan cara kuno lewat tes CPNS yang tidak specific untuk menseleksi seseorang layak menjadi guru atau tidak. Faktor guru adalah faktor vital untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas.

Faktor management lainnya yaitu banyaknya jumlah murid dalam kelas. di sekolah negeri rata-rata jumlah murid adalah 40-50 orang per kelas, di sekolah modern jumlah siswa hanya dibatas tidak lebih dari 20-25 orang. Kualitas siswa lebih mudah dikontrol bila jumlah siswanya tidak terlalu ramai.

Sarana dan prasarana juga menunjang kualitas sekolah. Sekolah swasta dan international mengupayakan menghadirkan teknologi terdepan di sekolahnya, sementara di sekolah negeri penggunaan sarana modern sering kali tidak jadi prioritas karena minimnya guru yang menguasai teknologi modern. Orientasi mengajar yang hanya untuk melunaskan kewajiban sebagai seorang guru adalah standar bagi guru-guru negeri.

Apakah bila dengan penambahan gaji yang berlipat seperti janji pemerintah akan bisa mengubah kualitas guru?

Kita tidak tahu jawabannya. Sebagai ini gambaran tuntutan mendapatkan gaji lebih tinggi sudah terjadi di instansi kepolisian. Namun sejauh ini rakyat tidak bisa menerima perubahan kualitas pelayanan polisi walau mereka sudah mendapat gaji lebih.

Jadi pertanyaan buat para bila guru menuntut gaji lebih dari pemerintah, bisakah mereka menjawab tuntutan masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan ?

16 komentar:

  1. huh..masalah pendidikan di negeri ini makin pelik. kwalitas dari hasil lulusan2 sekolahan ataupun universitas tidak menjamin para siswanya kelak bisa mandiri..banyak terbukti lulusan2 mahasiswa negeri ini yang tidak bisa mandiri, artinya hanya mengandalkan ijazah nya sebagai alat untuk mendapatkan pekerjaan. sistem pendidikan harusnya dirubah, sehingga menjadikan lulusannya bisa mandiri dengan kemampuan yang telah dipelajari di sekolah / universitas nya. Masa sarjana teknik bekerja sebagai tenaga administrasi kantoran, sarjana pertanian hanya bekerja sebagai staff peneliti disuatu lembaga...hehe

    harusnya mereka bisa mandiri..membuat usaha sendiri, ato mengembangkan ilmunya membuat bengkel kek ato menjadi petani profesional..

    BalasHapus
  2. wuiih..ternyata pertamaxx ya..hehe

    BalasHapus
  3. bukan negatif thingking ce cuman kek nya sama saja. kalao pun dikasih gaji lebih malah leha-leha, doh. ujung2nya minta di naikin lagi. doh semboyan 'guru adalah pahlwan tanpa tanda jasa' kek nya mesti di hapus tuh

    BalasHapus
  4. mungkin aja jeh peningkatan gaji menambah kualitas guru. tapi tidak sekarang. logikanya. karena gaji guru kecil sehingga anak anak dari lulusan sma yang pinter males jadi guru. so mereka pilih jurusan di kuliah yang menjamin gaji di dunia kerja kelak. sehingga. maaf yang jadi guru kebanyakan yang kurang dalam hal akademis. kalo misalnya gaji guru naik kan akan jadi pertimbangan anak anak sekolah yang pinter untuk jadi guru

    BalasHapus
  5. ya ampun. Wayahe jam goblok, males moco sing akeh²

    BalasHapus
  6. @NobodyKnows : yowes, mene mampir maning yo....
    @sahabatblogger : kata orang, orang teknik gampang belajar ilmu sosial, kalau orang sosial pasti sulit belajar teknik..
    @Eros n Rakhmad : Indonesia ku Indonesia mu juga, HIDUPLAH INDONESIA RAYA....

    BalasHapus
  7. setidaknya dan kurang lebihnya, saya masih lebih worship pada guru sekolah di daerah terpencil yang tidak peduli pada gajinya. meskipun hal itu berimbas juga pada kualitasnya yang jauh dari kualitas, menurut saya lebih baik daripada guru yang memperjuangkan gajinya daripada ijasahnya.

    apalah itu ya?

    BalasHapus
  8. yg penting itu pendidikan yang manusiawi buat anak didik, bukan status seolah yg kadang gak jelas itu.

    BalasHapus
  9. sepanjang pengalamanku lho ya, nggak ada itu kaitan antara gaji sama kualitas kerja, yang sangat berkaitan itu ya di kualitas orangnya... apa kalo gajinya naik kualitas orang itu juga naik... hahaha... ngimpi...

    BalasHapus
  10. Cak kulo unjung riyoyoan, minal aidin wal faizin nyuwon ngapuro lahir batin

    BalasHapus
  11. sekolahku sekolah desa, tapi gak mau kalah ma sekolah sekolah negri, terbukti pada lomba2 kami sering menang

    BalasHapus
  12. pokok'e aku njaluk sepurane sing akeh, man!

    BalasHapus
  13. Kita hanya bisa berharap saja, semoga anak cucu kita kelak bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik lagi. Biar bisa menjadi blogger sejati...haha..rak yo ngono cak man??

    BalasHapus
  14. @all amien.... semoga doa kita mengenai pendidikan INDONESIA dikabulkan oleh ALLAH SWT

    BalasHapus
  15. komen saya adalah :
    silahken sampeyan baca postingan saya ttg EPISODE BABAT ALAS PENDIDIKAN INDONESIA

    yg dipostingan itu komnetarsaya atas penyebab kegagalan pendidikan indonesiaini

    BalasHapus
  16. @riffrizz : menang lomba opo jaminan mutu?

    BalasHapus